Kalau dalam ilmu Quality, dikenal dengan analisa pareto diagram. Kita buat paretonya dan analisa cari penyebab kegagalan tertinggi. Lalu fokus perbaikan di poin itu saja. Bila berhasil akan memperbaiki 80 persen kesalahan.Â
Artinya akan meningkatkan tingkat keberhasilan sampai 80 persen. Daripada fokus ke semua hal yang nantinya malah membuat hasilnya tidak efektif.
3. Bertanya
Kutu diseberang lautan nampak, tapi gajah dipelupuk mata tidak nampak. Itulah bila kita tidak mau bertanya. Merasa diri sudah hebat. Karena itu tak perlulah malu bertanya. Bahkan kepada bawahan ataupun orang yang lebih muda. Orang lain biasanya lebih obyektif. Mereka bisa melihat sisi mana yang masih lemah dan butuh diperkuat. Terkadang mereka juga punya solusinya.
4. Berjiwa besar untuk menerima konsekuensi
Kegagalan tentu saja akan menimbulkan konsekuensi. Dari yang paling ringan sampai paling berat. Tak perlu berkecil hati karena semua orang pernah melakukan kesalahan.Â
Jadikan kegagalan sebagai cikal bakal untuk memperbaiki diri. Kegagalan hanyalah kesuksesan yang tertunda. Seperti lirik dalam sebuah lagu Via Vallen: Kuat dilakoni, Yen ora kuat ditinggal ngopi. Maksudnya kalau kita kuat, lanjutkan dengan gigih. Kalau tidak kuat, berhenti sejenak untuk rehat dan menenangkan pikiran.
Pengalaman adalah guru yang terbaik. Seekor keledai tidak akan jatuh di lubang yang sama untuk kedua kalinya. Tetap semangat, stay positive. Semoga jerih payah kita menjadi berkat.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H