Mohon tunggu...
Meirri Alfianto
Meirri Alfianto Mohon Tunggu... Insinyur - Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Ajining diri dumunung aneng lathi (kualitas diri seseorang tercermin melalui ucapannya). Saya orang teknik yang cinta dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

"Tak Ada yang Bisa Memenangkan Perang Tanpa Pernah Bertempur dengan Luka"

11 Oktober 2020   09:29 Diperbarui: 14 Oktober 2020   13:17 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pertengkaran suami istri. Gambar: kompas.com

Ilustrasi pertengkaran suami istri. Gambar: kompas.com
Ilustrasi pertengkaran suami istri. Gambar: kompas.com

Thomas, adalah bungsu dari empat bersaudara. Salah satu dari keempatnya sebenarnya bukan saudara kandung.

Ya, ibu kandung Thomas sudah meninggal dunia sejak ia masih kecil. Ayahnya menikah lagi dengan ibunya sekarang dengan membawa seorang anak. Pernikahan keduanya tidak berjalan harmonis.

Sedari kecil Thomas kerap kali melihat kedua orangtuanya bertengkar. Piring gelas beterbangan. Ibunya sering tidak pulang ketika sedang bertengkar dengan ayahnya. 

Anak-anak ini kemudian tumbuh dengan kasih sayang yang kurang dari orang tua. Kakak perempuan Thomas akhirnya divonis menderita gangguan jiwa akibat depresi yang begitu berat. Tetapi sang ayah meminta dirawat dirumah.

Masalah tidak selesai begitu saja. Kakak perempuannya itu sering kabur dari rumah. Sudah berusaha mencari kemana-mana, tetapi tidak ketemu. Setelah beberapa bulan akhirnya ada yang mengantarnya pulang karena mengenalinya. 

Kejadian ini tidak hanya sekali dua kali. Kakak laki-laki Thomas juga bermasalah. Ia ditangkap polisi dan dijebloskan ke penjara akibat melakukan penipuan dan merugikan perusahaan tempatnya bekerja. 

Seluruh rangkaian peristiwa dalam keluarga membuat Thomas mengalami krisis kepercayaan diri. Ia tumbuh dengan minimnya kasih sayang dari orang tua. Ia bahkan tak mengerti apa arti keluarga. Tak ada saling membangun, tak ada yang saling peduli. Ia seperti bertumbuh secara autopilot. Minim bimbingan dari orang tua. Ia bahkan membenci saudara-saudaranya, membenci orang tuanya. Yang pada akhirnya membenci diri sendiri: Mengapa aku dilahirkan dalam keluarga yang seperti ini. 

Setiap kali bercerita tentang keluarga, ia selalu menangis. Berubah 180 derajat dari tampilannya semula.

Setelah mendengar ceritanya, saya dan beberapa rekan sepelayanan pemuda memutuskan untuk memberikan perhatian khusus kepada Thomas. Saya menyediakan diri untuk hadir sebagai sahabatnya. 

Saya terus mendampinginya melewati hari-hari dan memonitor perkembangannya. Saya temani dia untuk wedangan. Saya ajak ke acara-acara pemuda dan pelayanan ke teman-teman yang lain. 

Beberapa kali saya juga menghampiri rumahnya malam-malam ketika ia tak kuat menahan menangis. Walaupun tampak periang, Thomas memang rapuh ketika sedang sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun