Mohon tunggu...
Meirri Alfianto
Meirri Alfianto Mohon Tunggu... Insinyur - Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Ajining diri dumunung aneng lathi (kualitas diri seseorang tercermin melalui ucapannya). Saya orang teknik yang cinta dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bila Sudah Tak Cinta, Harus Bagaimana?

9 September 2020   09:39 Diperbarui: 9 September 2020   09:37 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pasangan sudah tak cinta. Gambar: okezone.com

Seorang teman baik curhat kepada saya, bahwa ia merasa sudah tak lagi mencintai pasangannya. Pasangan ini telah menikah 5 tahun lamanya dan dikaruniai seorang anak.

Ia mengatakan bahwa cintanya sudah pudar. Pangkal persoalannya adalah cekcok yang terus mengalir seperti tak ada ujungnya. Ia merasa memiliki jurang perbedaan yang begitu dalam hingga sulit untuk dipersatukan kembali.

Saat ini lanjutnya, ia sudah tidak peduli pasangannya ada dimana, dengan siapa, pergi kemana, dalam keadaan sehat atau sakit seperti layaknya seorang yang sedang jatuh cinta. Semuanya berbeda. Tidak seperti tujuh tahun lalu ketika awal mereka mulai berpacaran.

Ada rasa khawatir, ada rasa selalu ingin tahu tentang keadaan pasangan, dan selalu ingin bersama. Pangkal persoalannya hanya perbedaan pendapat yang kian runcing. Sama sekali tidak ada orang ketiga diantara mereka.

Sedikit banyak mungkin ada dari antara kita yang mengalami kasus serupa. Tak ada orang ketiga, tidak sedang dekat atau intens dengan orang lain yang merupakan lawan jenis. Tetapi merasa bahwa saya sudah tak cinta lagi.

Tentu beda kasusnya apabila merasa tak cinta tetapi sedang memiliki kedekatan dengan orang lain. Itu berarti anda sedang tergoda. Namun ini murni sebuah perasaan tak cinta lagi.

Pernahkah merasa demikian? Bila jawabannya iya, coba tengok kebelakang dalam diri sendiri, ketika anda dulu mulai tertarik dengan pasangan anda, apa yang mendasarinya?

Apakah karena ia cantik atau tampan?

Apakah karena ia kaya?

Apakah karena ia sabar dan penyayang?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun