Ini merupakan pengalaman pribadi saya. Beberapa pekan terakhir ini istri saya sibuk sekali melayani para pembelinya. Selain sibuk melayani pesanan, ia juga sibuk mengedit foto yang akan dipajang di media online untuk dipromosikan.Â
Istri saya sebenarnya bukan orang yang full time berjualan. Awalnya hanya iseng saja jadi reseller sambil tetap bekerja. Ia membantu teman baiknya berjualan. Jadi yang akan saya ceritakan ini bukan bisnis skala besar melainkan hanya skala kecil saja.Â
Berawal dari pandemi corona kemarin, salah satu produsen fashion di Solo tidak bisa mengirim produknya keluar negeri untuk diekspor. Padahal akan dipasok ke merk-merk ternama. Akhirnya dijual murah melalui jejaring WhatsApp. Sekedar untuk mengganti ongkos produksi.Â
Produknya antara lain jaket, jeans, kaos, dan hem. Hasilnya cukup lumayan. Lalu baru beberapa pekan yang lalu masuk lagi produk lainnya yaitu daster batik. Kalau ini bukan untuk ekspor. Tak disangka ternyata sambutannya luar biasa, animo pembeli begitu tinggi. Produk itu laris manis dijual. Pembelinya mulai dari tetangga, saudara, rekan kerja, sampai sahabat di tempat yang jauh.Â
Bila dibandingkan dengan penjualan produk lain, daster ini penjualannya bisa 3-5 kali lipat jumlahnya. Mungkin karena efek Work From Home, sehingga banyak pekerja menghabiskan waktu di rumah. Juga karena pandemi yang membuat orang-orang menahan diri untuk pergi.Â
Selain itu karena harga daster memang murah. Apalagi daster itu enak dipakai, adem di tengah cuaca panas. Daster yang paling banyak diminati adalah daster yang bermotif batik kekinian. Motif ini cocok dipakai baik untuk kalangan milenial sampai ibu-ibu yang sudah berumur.
Satu daster batik dibanderol dengan harga 40-50 ribu. Dengan harga jual segitu, istri saya mengantongi untung 7-10 ribu rupiah per satu daster. Sudah lumayan jika dikalikan dengan total jumlah daster yang berhasil dijual. Lumayanlah untuk tambahan beli popok dan susu anak. Hingga saat ini sudah berada di bilangan ratusan lah walaupun baru mulai jualan daster sebulan ini.Â
Dari situ saya dan istri mendapatkan ide untuk memproduksi daster sendiri. Sekalian belajar untuk meningkatkan usaha. Siapa tahu saya share di forum ini bisa jadi inspirasi rekan-rekan Kompasianer. Tidak ada salahnya berbagi. Atau mungkin malah saya bisa dapat masukan positif.
Kami sudah mempelajari tentang pembuatan daster. Untuk pembuatan satu daster itu butuh kain 1,2m - 1,4m. Harga per meter kain bervariasi tergantung kualitas kain.Â
Di Solo per meter kain bisa didapat dengan harga 10ribu sampai 15ribu. Bisa lebih murah kalau mengambil dalam jumlah banyak. Tokonya antara lain PGS (Pusat Grosir Solo) dan Beteng Trade Center (BTC). Ada ratusan pedagang di sana yang menjual kain. Dengan kualitas yang sama, harga disana jauh lebih murah dibandingkan dengan Pasar Tanah Abang di Jakarta Pusat.Â
Kemudian untuk biaya jahitannya antara 7ribu - 15 ribu. Tidak sulit untuk menemukan vendor jahit. Tinggal masuk di forum yang ada di Facebook maka akan dengan mudah menemukan puluhan vendor jahit. Itu kondisi sudah rapi dan termasuk packing. Bahkan ada yang memberikan penawaran jasa jahit 3500 rupiah.Â