[sandiaga uno]
Pak Sandi, saya ingin mengawali artikel ini dengan pengakuan jujur bahwa secara pribadi saya adalah pengagum Bapak. Sandiaga Uno, pendiri Saratoga Capital. Di usia muda seperti sekarang, Bapak sudah berhasil menjadi pemimpin atas 30 ribu karyawan. Jumlah yang tidak bisa dibilang sedikit. Sehingga saya juga dapat simpulkan bahwa Bapak merupakan tokoh yang berpengaruh. Bapak pernah memimpin HIPMI, kumpulan para pengusaha muda yang sukses.
 Pak Sandi, saya adalah orang yang awam dengan politik. Saya hanya warga negara biasa yang berusaha untuk mencintai tanah airnya. Saya ingat ungkapan Bung Karno: berikan aku satu pemuda, akan kuguncangkan dunia. Saya rasa Bung Karno akan tersenyum melihat sosok Bapak yang berhasil "mengguncang" dunia di usia muda. Saya yakin bahwa sebetulnya Bapak sudah berbuat banyak bagi bangsa ini karena bukan berarti dengan menjadi pengusaha, Bapak tidak berkontribusi aktif untuk memajukan bangsa. Dengan segala kerendahan hati, saya sungguh belum ada apa-apanya bila dibandingkan dengan Bapak.
 Pak, Indonesia ini terlalu luas untuk dijangkau. Dari Sabang sampai Merauke. Dari Miangas sampai ke Talaud. Mungkin belum ada satupun orang yang bisa menjelajahi negeri ini selama hidupnya. Sekalipun itu Presiden. Dan lihatlah bagaimana timpangnya negeri yang kaya ini, namun ironi tergambar dengan jelas.  Ada kesenjangan yang sangat tinggi antar daerah. Ketimpangan infrastruktur, kualitas pendidikan dan kesehatan yang belum merata, hingga pertumbuhan ekonomi antar daerah yang belum memperlihatkan bahwa Indonesia adalah negara besar. Ada gap yang kentara antara si kaya dan si miskin.Â
Pak Sandi, saya mendengar dan membaca dari media massa bahwa Bapak memiliki keinginan untuk mencalonkan diri menjadi DKI-1. Saya setuju dengan Bapak bahwa itu bukan niat yang buruk. Itu adalah niat yang mulia ketika Bapak ingin membangun ibukota. Namun sebagai masyarakat yang tinggal dan bekerja di Jakarta raya, saya mengamati dengan seksama perkembangan demi perkembangan. Memang benar Jakarta masih banjir. Ya, Jakarta juga masih macet. Tapi saya melihat ada semangat dan situasi yang berbeda dalam beberapa tahun terakhir. Pak Ahok dengan usahanya yang belum sempurna saya kira telah berhasil membuat banyak perbedaan. Jakarta menjadi lebih tertib, Jakarta menjadi lebih rapi, serta wajah pelayanan birokrasi yang ramah. Hal ini menandakan bahwa ibukota sedang digiring untuk menjadi kota yang lebih baik meskipun belum bisa dikatakan berhasil. Saya juga membaca di media, pak Ahok dengan elektabilitasnya yang begitu tinggi membuktikan bahwa masyarakat masih yakin dengan kepemimpinan beliau. Pekerjaannya belum selesai. Maka biarlah diselesaikannya semuanya itu. Toh, beberapa penghargaan yang Ia terima itu menunjukkan bahwa beliau juga salah satu kepala daerah yang berprestasi. Dengan kata lain, biarlah Jakarta tetap dengan Ahoknya, Bandung dengan Kang Emilnya, atau Surabaya dengan bu Tri Rismaharininya. Bagi saya, menjadi putra terbaik bangsa tidak hanya dengan menjadi pemimpin Jakarta. Indonesia bukan hanya Jakarta. Masih banyak daerah yang harus dibangun. Masih banyak bidang-bidang yang perlu disentuh. Ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan olahraga.
Pak Sandi, maaf bukan saya tidak mendukung Bapak untuk menjadi gubernur DKI, tetapi saya hanya menyayangkan bila orang-orang baik hanya berkumpul di satu tempat sedangkan banyak tempat masih membutuhkan sosok panutan. Saya hanya berharap Bapak mau mempertimbangkan dengan bijaksana setiap pilihan yang ada. Jangan mau dimanfaatkan sebagai alat oleh orang-orang yang hanya mengaku cinta tanah air, tetapi mencuri dari tanah air
Ilustrasi : studentpreneur.co
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H