Mohon tunggu...
Alfian DaffaSaputra
Alfian DaffaSaputra Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa UNUSA

gitudeh.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Manajemen ASI Eksklusif Pada Ibu Bekerja

7 September 2023   08:42 Diperbarui: 7 September 2023   09:05 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Permasalahan pelaksaan program ASI Eksklusif masih mengalami kendala pada saat ini. Salah satunya penyebabnya adalah karena ibu nifas harus kembali bekerja sebelum bayinya berusia 6 bulan. Permasalah ini juga terjadi di wilayah Kelurahan Kebonsari. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan ibu dalam pelaksaan ASI yaitu faktor hormonal, nutrisi ibu serta faktor psikologis. Faktor psikologis seperti kecemasan, atau depresi yang muncul mulai masa nifas akan dapat mempengaruhi ibu dalam proses pemberian ASI.

Pada ibu dengan depresi postpartum akan mudah panik, kurang mampu merawat diri sendiri, enggan melakukan aktivitas yang menyenangkan, motivasi menurun, enggan bersosialisasi, tidak peduli terhadap keadaan bayi atau menjadi terlalu peduli terhadap perkembangan bayi, sulit mengendalikan perasaan, sulit mengambil keputusan. Selain itu kecemasan yang berlebihan atau depresi pada ibu akan dapat menurunkan kemampuan ibu dalam merawat bayinya serta pemberian ASI. Selain itu, hasil penelitian lain juga menunjukkan adanya hubungan antara frekuensi menyusu terhadap penurunan berat badan bayi.

Sehingga penatalaksanaan untuk ASI Eksklusif harus melibatkan seluruh anggota keluarga dan lapisan masyarakat. Karena semua memiliki peran penting masing-masing dalam menungkatkan kepercayaan ibu dalam pemberian ASI Eksklusif. Oleh karena itu, tujuan dari pengabdian masyarakat ini adalah untuk meningkatkan derajat Kesehatan ibu nifas dan bayi baru lahir dalam ketercapaian ASI Eksklusif.

Kader Kesehatan dan Ibu nifas diberikan materi mengenai cara memerah ASI baik secara manual ataupun dengan menggunakan alat. Setelah itu, para peserta di ajarkan bagaimana cara penyimpanan untuk ASI Perah. Penyimpanan ASI Perah mulai dari setelah di perah di tempat kerja, sampai dengan penyimpanan di dalam freezer dengan berbagai macam suhu penyimpanan. Setelah proses penyimpanan, kader dan peserta di ajarkan bagaimana cara pemberian ASI Perah kepada bayi sehingga tidak menghilangkan atau mengurangi kandungan nutrisi yang terdapat dalam ASI Perah.

Hasil dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk penyuluhan menunjukkan terdapat peningkatan yang cukup besar terhadap ibu nifas tentang penyimpanan dan pemberian ASI Perah. Serta Nampak antusias dari para peserta dan kader Kesehatan selama proses pelaksanaan. Peningkatan pengetahuan ini mendorong ibu menyusui untuk dapat terus memberikan ASI eksklusif melalui ASIP dengan tetap pergi bekerja. Sehingga harapannya status gizi bayi meningkat dan capaian ASI eksklusif terus meningkat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun