Mohon tunggu...
Alfian WahyuNugroho
Alfian WahyuNugroho Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta

Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta Angkatan 2020

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pandangan Filsafat terhadap Komunikasi Tidak Langsung yang Menjadi Realitas Sosial di Masyarakat pada Masa Covid-19

24 Mei 2022   10:30 Diperbarui: 18 September 2022   14:12 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Virus Covid-19 (Coronavirus Disease 2019) atau yang sering kita sebut sebagai virus korona membuat masyarakat dunia mengalami kepanikan. Sudah lebih dari 2 tahun kita beradaptasi dengan virus-virus tersebut, sehingga banyak korban yang berjatuhan hingga sekarang. Sebelumnya, dengan menyebarnya Covid-19 sangat sulit sekali untuk melakukan komunikasi karena aturan kebijakan dari pemerintah tentang laragan untuk keluar rumah (stay at home) untuk mencegah penularan virus ini. 

Komunikasi antar sesama akan terhalang, karena larangan untuk keluar rumah. Sehingga, akibat aturan tersebutlah kita sangat sulit untuk bertemu dengan individu lainnya. Tentu saja hal tersebut akan menyulitkan masyarakat untuk bersosialisasi. Karna salah satu syarat sosialisasi adalah komunikasi. Maka dari itu, masyarakat yang pada dasarnya akan beradaptasi dengan situasi dan kondisi saat ini, mereka akan membentuk konsep realitas sosial. 

Realitas sosial itu sendiri adalah suatu kenyataan atau fakta yang ada dimasyarakat. Konsep realitas yang dimaksud dalam tulisan ini adalah masyrakat yang menjadikan komunikasi yang sebelumnya selalu dengan tatap muka atau face-to-face sebagai komunikasi yang utama atau primer dan komunikasi tidak langsung dengan mengguna

kan media perantara seperti telepon, videocall, serta sns dan lain sebagainya sebagai komunikasi sekunder, sekarang menjadi terbalik. Yang dimaksud adalah saat menyebarnya virus Covid-19 dan diberlakukannya aturan stay at home, komunikasi tidak langsung saat ini menjadi komunikasi yang primer atau utama untuk melakukan seosialisasi seperti pertemuan, percakapan biasa, sekolah bahkan sampai pekerjaan dilakukan secara virtual. Itulah yang menjadikannya suatu realitas dimasyarakat, realita bahwa komunikasi tidak langsung saat ini menjadi komunikasi yang primer untuk aktivitas dan kegiatan sehari-hari.

Dalam artikel ini juga akan dijelaskan tentang teori-teori filsafat yang berkaitan dengan komunikasi dan juga beberapa teori tentang realitas sosial. Filsafat yang merupakan induk dari segala ilmu akan menjalaskan fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat. Teori yang akan kami gunakan adalah teori kebanaran. Dalam filsafat, Manusia hidup di dunia ini pada hakekatnya mempunyai keinginan untuk mencari pengetahuan dan kebenaran. 

Pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. Dalam lintas sejarah, manusia dalam kehidupannya senantiasa sibukkan oleh berbagai pertanyaan mendasar tentang dirinya. Berbagai jawaban yang bersifat spekulatif coba diajukan oleh para pemikir sepanjang sejarah dan terkadang jawaban-jawaban yang diajukan saling kontradiksif satu dengan yang lainnya. 

Perdebatan mendasar yang sering menjadi bahan diskusi dalam sejarah kehidupan manusia adalah perdebatan seputar sumber dan asal usul pengetahuan dan kebenaran. Yang akan dijelaskan dalam tulisan ini adalah mengaitkan teori kontruksi sosial dengan judul yang sudah tertera, yaitu tentang realitas sosial yang terjadi di masyarakat. 

Komunikasi Tidak Langsung serta Bagaimana Diterapkannya Pada Masa Pandemi COVID-19

Komunikasi adalah suatu proses ketika seseorang atau beberapa orang, kelompok, organsisasi dan masyarakat menciptakan dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain. Pada umumnya komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal sehingga dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Secara praktis, komunikasi adalah proses penyampaian pesan kepada orang lain. Kata kunci dalam komunikasi adalah pesan itu sendiri. Dari pesan itulah sebuah proses komunikasi dimulai.

Dalam ilmu komunikasi, ditinjau dari penyampaiannya baik media ataupun caranya dibedakan menjadi dua bagian yaitu komunikasi langsung dan komunikasi tidak langsung. Pada umumnya, komunikasi langsung dan tidak langsung ini terjadi pada jenis komunikasi lisan yang mana dibicarakan dengan bahasa verbal dan langsung dari mulut komunikator. 

Kecuali adanya sang juru bicara. Komunikasi langsung merupakan proses komunikasi yang dilakukan secara langsung atau tatap muka. Seperti halnya ketika kita berbicara dengan orang lain tanpa adanya perantara atau media komunikasi sebagai penghantar pesan atau informasi. Itulah yang disebut sebagai komunikasi langsung. Berbeda hal dengan komunikasi langsung. 

Komunikasi tidak langsung merupakan proses dari suatu komunikasi yang dilakukan secara tidak langsung alias memerlukan bantuan alat komunikasi yang fungsinya sebagai media komunikasi. Komunikasi tidak langsung ini umumnya menggunakan media perantara sebagai penghantar pesan atau informasi agar sampai ke komunikan atau penerima pesan. Dengan demikian, komunikasi tidak langsung ini tidak berlangsung begitu saja alias dengan tatap muka secara langsung, melainkan perlu adanya alat media komunikasi dalam berkomunikasi. Sehingga, komunikasi tidak langsung ini umumnya digunakan dalam berkomunikasi jarak jauh. 

Komunikasi tidak langsung tentunya membutuhkan media-media komunikasi tersebut untuk dapat berkomunikasi. Lalu jarak komunikasi, komunikasi tidak langsung tidak mengenal jarak. Saat masa pandemi Covid-19, komunikasi tidak langsung sudah menjadi suatu hal yang "normal". 

Sekarang masyarakat berkomunikasi dengan menggunakan media seperti penggunaan telepon, surel, aplikasi videocall dan lain sebagainya. Media tersebut digunakan sebagai proses komunikasi yang sudah umum saat ini, baik digunakan untuk berkomunikasi baik antarpersonal, antarkelompok maupun personal dengan kelompok seperti sekolah, bekerja, beraktivitas, bahkan melakukan perayaan dengan menggunakan media komunikasi sebagai perantara dan lain sebagainya.

Komunikasi Tidak Langsung Sebagai Realita Sosial Masyarakat Sekarang

Realitas sosial merupakan fakta atau kenyataan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Peter Berger dan Thomas Luckman, realitas merupakan kualitas yang berhubungan dengan fenomena yang kita anggap berada di luar kemauan kita (sebab ia tidak dapat dienyahkan). Lalu, Emile Durkheim menjelaskan realitas sosial merupakan cara bertindak, apakah tetap atau tidak, yang dapat menjadi pengaruh/hambatan eksternal bagi seorang individu. 

Berarti bahwa fakta sosial ialah cara berpikir, bertindak, dan perasaan yang berada di luar individu dan dibentuk sebagai pola pada masyarakat. Realitas sosial juga disebut sebagai kontruksi sosial yang dijelaskan kedalam teori sosiologi utama yiatu teori kontruksi sosial. Konstruksi Sosial atas Realitas (Social Construction of Reality) didefinisikan sebagai proses sosial melalui tindakan dan interaksi dimana individu atau sekelompok individu, menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif.

Teori konstruksi sosial Berger dan Luckmann mencoba mengadakan sintesa antara fenomen-fenomen sosial yang tersirat dalam tiga momen dan memunculkan suatu konstruksi kenyataan sosial yang dilihat dari segi asal-muasalnya merupakan hasil ciptaan manusia, buatan interaksi intersubjektif. 

Masyarakat adalah sebagai kenyataan obyektif sekaligus menjadi kenyataan subjektif. Sebagai kenyataan obyektif, masyarakat sepertinya berada di luar diri manusia dan berhadap-hadapan dengannya. Sedangkan sebagai kenyataan subjektif, individu berada di dalam masyarakat itu sebagai bagian yang tak terpisahkan. Dengan kata lain, bahwa individu adalah pembentuk masyarakat dan masyarakat adalah pembentuk individu. Kenyataan atau realitas sosial itu bersifat ganda dan bukan tunggal, yaitu kenyataan subjektif dan obyektif. 

Kenyataan atau realitas obyektif adalah kenyataan yang berada di luar diri manusia, sedangkan kenyataan subjektif adalah kenyataan yang berada di dalam diri manusia. Maka jika dihubungkan, komunikasi adalah suatu kenyataan, sebelumnya komunikasi langsung adalah suatu kenyataan, namun di era pandemi Covid-19 yang membuat komunikasi tidak langsung juga menjadikannya suatu kenyataan. 

Dengan begitu komunikasi tidak langsung menjadi kenyataan yang objektif sekaligus pula kenyataan subjektif. Komunikasi tidak langsung saat ini sudah menjadi realitas sosial yang sudah diterima masyarakat dan juga dijalani masyarakat selama beberapa bulan. 

Dengan begitu komunikasi tidak langsung sudah menjadi fakta sosial. Sebagai tambahan, berkomunikasi yang dahulu dengan tatap muka secara langsung sekarang menggunakan aplikasi jarak jauh atau videocall agar bisa bertatap muka. Hal itu juga menjadikan realitas sosial yang sekarang. Jadi intinya, realitas sosial sekarang dibuat oleh masyarakat itu sendiri sesuai dengan kondisi dan dinamika dalam situasi dan kondisi. 

Saat ini melakukan komunikasi tidak langsung sudah menjadi suatu realitas masyarakat sehingga mau tidak mau masyarakat harus menerima fakta tersebut.

Teori Filsafat yang Berkaitan dengan Komunikasi Tidak Langsung Sebagai Realita Sosial Masyarakat Sekarang

Seperti yang dijelaskan sebelumnya tentang teori kontruksi sosial, asal usul kontruksi sosial dari filsafat Kontruktivisme, yang dimulai dari gagasan-gagasan konstruktif kognitif. Dalam aliran filsasat, gagasan konstruktivisme telah muncul sejak Socrates menemukan jiwa dalam tubuh manusia, dan Plato menemukan akal budi. Gagasan tersebut semakin konkret setelah Aristoteles mengenalkan istilah, informasi, relasi, individu, subtansi, materi, esensi, dan sebagainya. Ia mengatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial, setiap pernyataan harus dapat dibuktikan kebenarannya, serta kunci pengetahuan adalah fakta. 

Ungkapan Decrates, "Cogito ergo sum", yang artinya "saya berfikir karena itu saya ada", menjadi dasar yang kuat bagi perkembangan gagasan-gagasan konstruktivisme sampai saat ini. Seorang epistemolog dari Italia bernama Giambatissta Vico, yang merupakan pencetus gagasan-gagasan pokok Konstruktivisme, dalam "De Antiquissima Italorum Sapientia", mengungkapkan filsafatnya "Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan". Menurutnya, hanya Tuhan sajalah yang dapat mengerti alam raya ini karena hanya Ia yang tahu bagaimana membuatnya dan dari apa Ia membuatnya, sementara itu orang hanya dapat mengetahui sesuatu yang telah dikonstruksikannya.

Melalui sentuhan Hegel, yaitu tesis, antitesis dan sintesis, Berger menemukan konsep untuk menghubungkan antara yang subjektif dan obyektif itu melalui konsep dialektika. Yang dikenal sebagai eksternalisasi, obyektivasi dan internalisasi. Eksternalisasi adalah penyesuaian diri dengan dunia sosiokultural sebagai produk manusia, obyektivasi adalah interaksi sosial dalam dunia intersubjektif yang dilembagakan atau mengalami proses intitusionalisasi, dan internalisasi adalah individu mengidentifikasi diri di tengah lembaga-lembaga sosial dimana individu tersebut menjadi anggotanya. 

Di dalam kehidupan ini ada aturan-aturan atau hukum-hukum yang menjadi pedoman bagi berbagai intitusi sosial. Aturan itu sebenarnya adalah produk manusia untuk melestarikan keteraturan sosial, sehingga meskipun aturan di dalam struktur sosial itu bersifat mengekang, tidak menutup kemungkinan adanya "pelanggaran" yang dilakukan oleh individu. Hal ini tidak lain karena sebagai produk historis dari kegiatan manusia, semua universum yang dibangun secara sosial itu akan mengalami perubahan karena tindakan manusia, sehingga diperlukan organisasi sosial untuk memeliharanya. 

Masyarakat juga sebagai kenyataan subjektif atau sebagai realitas internal. Untuk menjadi realitas subjektif, diperlukan suatu sosialisasi yang berfungsi untuk memelihara dan mentransformasikan kenyataan subjektif tersebut. Sosialisasi selalu berlangsung di dalam konsep struktur sosial tertentu, tidak hanya isinya tetapi juga tingkat keberhasilannya. 

Jadi analisis terhadap sosial mikro atau sosial psikologis dari fenomen-fenomen internalisasi harus selalu dilatarbelakangi oleh suatu pemahaman sosial-makro tentang aspek-aspek strukturalnya. Struktur kesadaran subjektif individu dalam sosiologi pengetahuan menempati posisi yang sama dalam memberikan penjelasan kenyataan sosial. Setiap individu menyerap bentuk tafsiran tentang kenyataan sosial secara terbatas, sebagai cermin dari dunia obyektif. Human is sosial product. (Masyarakat adalah produk manusia. 

Masyarakat adalah suatu kenyataan sasaran. Manusia adalah produk sosial). Dialektika ini dimediasikan oleh pengetahuan yang disandarkan atas memori pengalaman di satu sisi dan oleh peranan-peranan yang merepresentasikan individu dalam tatanan institusional. Dengan begitu filsafat menjelaskan keterkaitan antara komunikasi tidak langsung yang terjadi saat ini adalah suatu realitas sosial dan sudah menjadi fakta sosial. Bahawa masyarakatlah yang pada dasarnya menciptakan serta menentukan realitas nya sendiri, atau menentukan keadaan dan kebenaran yang ada dan terjadi di dalam masyarakat itu sendiri.

Kesimpulan yang bisa didapat ialah, di masa pandemi Covid-19, dengan adanya aturan untuk tidak keluar rumah atau stay at home dan pembatasan sosial atau social distancing membuat masyarakat membuat yatu fakta bahwa saat ini komunikasi tidak langsung sudah menjadi realitas sosial yang baru dan akan terus dilakukan hingga pandemi tersebut usai. Fakta bahwa komunikasi tidak langsung dengan menggunakan media dan teknologi menjadikannya suatu komunikasi primer sedangkan komunikasi secara langsung atau face-to-face sudah menjadi komunikasi sekunder karena pembatasan aturan tersebut.

Referensi

Pustaka :

Anwar, Yesmil. 2013. Sosiologi untuk Universitas. Bandung: PT Refika Aditama  

Damsar. 2011. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Henslin, James M. 2006. Sosiologi, jilid 1 (Edisi 6). Jakarta: PT Erlangga

Komala, Lukiati. 2009. Ilmu Komunikasi : Prespektif, Proses dan Konteks. Bandung: Widya Padjajaran

Sunarto, Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi (Edisi Kedua). Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI

Pustaka Jurnal :

Ferguson, Neil M., Ladyon, Daniel., Nedjati-Gilani, Gemma., etc. Report 9: Impact of non-pharmaceutical interventions (NPIs) to reduce COVID-19 mortality and healthcare demand.

Sainuddin, Ibnu H. (2020). Komunikasi Publik di Masa Pandemi Covid-19. Makasar: STAI Daru Da'wah

Syaipudin, L. (2020). Peran Komunikasi Massa di Tengah Pandemi Covid-19 (Studi Kasus di Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Tulungagung). Kalijaga Journal of Communication, 2(1), 14-34.

Pustaka internet :

https://argyo.staff.uns.ac.id/2013/04/10/teori-konstruksi-sosial-dari-peter-l-berger-dan-thomas-luckman/

https://m.republika.co.id/amp/ofq1d7359

https://m.rri.co.id/madiun/225-gaya-hidup/871689/komunikasi-langsung-vs-virtual-ini-bedanya

https://mamikos.com/info/karya-tulis-ilmiah-cara-penulisan-struktur-dan-metode-peneltian/

https://pakarkomunikasi.com/komunikasi-langsung-dan-tidak-langsung/amp

http://repository.uin-malang.ac.id/816/1/Teori%20Sosiologi.pdf

https://www.gurupendidikan.co.id/realitas-sosial/

https://www.kompasiana.com/amp/boedis2/teoriteori-kebenaran-korespondensi-koherensi-pragmatik-struktural-paradigmatik-dan-performatik_550f14b2a33311bb2dba84c7

https://www.kompasiana.com/amp/ipe/memahami-budaya-komunikasi-langsung-tidak-langsung_585f618b8efdfdf0046e42fd

Pustaka Web Kampus :

https://dkv.binus.ac.id/2015/05/18/teori-konstruksi-realitas-sosial/

http://fis.unj.ac.id/labs/sosiologi/teori-utama-sosiologi/

https://tipsserbaserbi.blogspot.com/2014/12/proses-komunikasi-dan-penjelasannya.html?m=1

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun