Lalu Awan menjawab, "iya."
Dan kami pun berpelukan. Biasanya telepon hening untuk beberapa saat. Aku memeluk bantal atau gulingku, aku membayangkan memeluk Awan.
Oh ya, aku sangat senang ketika Awan menawarkan pelukan duluan. Biasanya hal ini terjadi ketika aku sedang ada masalah, sedih atau bahkan menangis.
Pelukan Awan cukup mahal memang hihi. Aku harus bersedih dulu baru Awan menawarkan pelukannya. Selain itu biasanya aku yang meminta, dan Awan mengiyakan.
"Sini, Awan peluk Langit."
Sederhana memang, tapi sangat menyentuh hati. Biasanya aku menjadi lebih tenang ketika Awan begitu.
Aku rindu Awan. Rindu sekali. Rindu malam mingguan dengan Awan. Sudah 3 malam mingguan terlewati termasuk dengan malam ini. Tapi kami sudah teleponan di hari lain. Di kamis malam kemarin kami berkomunikasi, lancar, dan cukup lama, sekitar 2 jam.Â
Awan sering mengabariku ketika tidak bisa malam mingguan, biasanya karena kerjaan. Seperti malam ini, Awan bilang padaku ada terjemahan dan butuh waktu sampai Senin untuk mengerjakan.
Awan juga sering menyempatkan meneleponku walau sebentar, hanya untuk bilang:
"Langit baik-baikkah hari ini? Maaf ya malam ini belum teleponan dulu, Awan ada kerjaan dari klien A. Langit baik-baik ya disana ya."
Aku senang sekali Awan seperti itu. Awan sering cerita padaku dapat kerjaan dari klien yang mana dan kapan harus selesai, dan terlebih Awan ingat tentang malam mingguan kami. Awan seperti tahu aku menunggunya, Awan seperti tahu aku cukup sedih jika tidak malam mingguan dengannya. Lalu Awan memastikan aku baik-baik saja, sering juga memintaku untuk baik-baik saja karena nanti ada waktunya kami akan malam mingguan lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H