Malam minggu. Biasanya aku dan Awan malam mingguan di telepon. Ya, sementara hanya itu yang bisa kami lakukan, karena jarak dan faktor lainnya.
Aku sih inginnya bertemu langsung, ngobrol langsung, makan bareng, jalan-jalan, tertawa bersama, nonton di bioskop mungkin, berpelukan. Eh, sebentar. Kok seperti "kebiasaan" yang dilakukan pasangan ya?
Mungkin kalian bertanya-tanya, jadi hubunganku dengan Awan ini apa?
Kami bersahabat, Awan suka memanggilku bendu. Awalnya aku belum tahu arti bendu, sampai aku mencari tahu, ternyata artinya sahabat. Aku senang di panggil bendu oleh Awan.
Sekali lagi kukatakan, terutama ini untuk menyadarkan diriku bahwa aku dan Awan tidak berpacaran, hanya ada persahabatan di antara kami (hufht Langit sadarlah, kamu bukan siapa-siapa Awan).
Tapi, aku merasa banyak hal yang kami lakukan seperti pasangan.
Seperti teleponan di malam minggu.
Kami biasa menghabiskan waktu berjam-jam di telepon, biasanya 3-6 jam. Selalu saja ada yang kami bahas, tak pernah kehabisan topik rasanya. Kadang juga komunikasi kami kurang lancar ketika malam mingguan. Bukan salah Awan. Salah aku biasanya. Aku sering menjengkelkan, membuat Awan pusing. Lalu kegelapan datang, takut, bingung, sedih, menyesal ada padaku. Biasanya Awan menenangkan diri dulu beberapa hari, menjauh dariku.
Ini yang pernah Awan katakan:
"Awan harus menenangkan diri dulu, sendiri. Awan takut jadi "menyakiti" orang di sekitar Awan. Langit baik-baik ya di sana."
Aku paham sekali maksud Awan, dan aku harus menghargai Awan. Walaupun tak mudah untukku menjalani 1-2 hari tanpa Awan. Sebetulnya Awan selalu saja mengabariku, menanyakan kabarku dan memberi kabar tentang dirinya. Itu sudah cukup membuatku tenang, walaupun sedih tetap ada, karena biasanya komunikasi kami lebih dari itu. Seharusnya Langit tanpa Awan berarti baik, tandanya cuaca cerah, penuh biru. Tapi untukku, Langit tanpa Awan adalah gelap, sendu, penuh haru.
Itu ketika komunikasi kami kurang lancar. Tapi, seringnya komunikasi kami lancar. Kami bahas banyak hal, kami merencanakan banyak hal hebat, kami tertawa bersama, saling menyemangati, memberi masukan, memberi pendapat, tak lupa di akhiri dengan saling berterima kasih dan meminta maaf. Itu selalu kami lakukan di akhir telepon.
"Terima kasih ya Langit untuk ngobrol-ngobrolnya malam ini. Awan seneng, Langit dengerin cerita Awan, kasih pendapat dan masukan juga, terima kasih banyak yaaa. Maaf kalau Awan ada salah-salah kata ya tadi. Selamat istirahat ya, sampai besok ya."
Itu yang biasa Awan katakan di akhir pembicaraan kami di telepon. Terkadang aku duluan. Biasanya aku meminta pelukan di akhir pembicaraan.
"Awan, Langit mau peluk dulu."