Pekerjaan ini cukup familiar di telingaku.
Sejak dulu.
Ketika aku baca buku terjemahan, disitu tertulis "diterjemahkan oleh" atau "penerjemah".
Atau ketika aku menonton film luar, penerjemah membantuku memahami cerita di film itu, karena keterbatasan bahasa asingku.
Ternyata tugas pekerjaan ini sangat luas, bermacam-macam.
Terutama penerjemah tersumpah yang bisa menerjemahkan berbagai hal lebih luas lagi.
Sampai akhirnya aku diperkenalkan dengannya.
Sang penerjemah.
Setahun lebih aku mengenalnya, juga mengenal pekerjaannya.
Ternyata, pekerjaannya tak mudah, banyak juga suka-duka, lika-liku.
Sepertinya semua pekerjaan begitu juga ya?
Klien yang seenaknya, bayaran yang seadanya, tenggang waktu yang tidak manusiawi dan lain sebagainya.
Itu dukanya, tentu saja sukanya juga banyak. Klien yang sangat menghargai, kata-kata baru yang seru untuk dicari, materi terjemahan yang unik sehingga asik untuk dikerjakan, batas waktu yang manusiawi, dan masih banyak lagi.
Puluhan tahun ia menekuni dunia penerjemah ini.
Luar biasa ya?
Aku sangat kagum padanya.
Ia tahu apa yang ia mau dan ia suka.
Lalu sepenuh hati ditekuninya.
Seperti semalam, ketika ia ada janji denganku untuk berbicara di telepon.
Tiba-tiba ia menelepon untuk meminta maaf karena tidak dapat memenuhi janjinya.
Ada pekerjaan katanya.
Ya, ia mendapat email dari klien.
Aku tak apa, aku malah sangat senang mendengarnya.
Suaranya di telepon begitu penuh semangat, bergairah, seperti mendapatkan sesuatu yang sangat "wah".
Begitulah ia sangat menyukai dan mencintai pekerjaannya.
Pernah juga, tahun lalu, saat kami jalan bersama untuk pertama kalinya.
Ia mendapatkan email dari klien, untuk menerjemahkan surat.
Aku melihatnya, merasakan kesungguhannya.
Kefokusannya.
Gairah dan semangatnya.
Sungguh nampak padanya.
Aku senang melihatnya, menemaninya.
Sesekali aku mengingatkannya, untuk sekedar makan kudapan yang kuberikan.
Aku agak khawatir padanya, duduk berjam jam lamanya.
Setelah selesai, terlihat kelegaan pada wajahnya, tubuhnya.
Walaupun aku tahu ia kelelahan, tapi itu tak ia tampakkan.
Guratan kepuasan, kesenangan yang ada di wajahnya.
Kemudian, kami lanjutkan perjalanan hingga larut malam.
Banyak tahapan yang harus dilakukan.
Mempelajari materi yang klien berikan, menerjemahkan, memadupadankan kata demi kata dengan tepat, membaca ulang, mengedit, lalu dikirimkan.
Belum lagi jika ada revisian, klien meminta ulang beberapa bagian untuk diperbaiki, dikerjakan.
Tapi ia sangat menjaga hal itu agar tidak terjadi.
Ia betul-betul hati-hati mengerjakannya.
Walaupun itu terjadi, ia akan minta maaf, mengakui kesalahannya.
Sang penerjemah.
Mungkin saat ini bukan lagi masa kejayaannya.
Banyak sekali kemudahan untuk menerjemahkan bahasa asing.
Walaupun tentu akan berbeda hasilnya.
Diterjemahkan oleh mesin dan penerjemah berpengalaman.
Aku berharap pekerjaan ini dan pekerjaan lainnya selalu dihargai, tidak ada yang punah, dan berjaya lagi.
Tak kenal maka tak sayang.
Kenalan dulu baru sayang.
Begitu katanya.
Saya setuju, kita tidak akan sayang pada sesuatu atau seseorang jika belum mengenalnya. Maka kenalilah.
Kamu juga tidak akan mengerti jika kamu tidak merasakannya.
Maka dari itu cobalah, minimal engkau mencari tahu.
Jangan langsung menghakimi.
Semua pekerjaan tidak ada yang mudah.
Semua pekerjaan patut dan harus dihargai.
Semangat untuk semua.
Salam hangat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H