Ia berusaha menyerap semua yang disekitarnya. Ia sudah tak tahan lagi, kekeringan, kepanasan~
...
Pernah terisi cukup banyak, beberapa kali, beberapa waktu.
Namun, ia berikan ke tangki lainnya, seolah memiliki isi tangki yang sangat banyak. Ia tak menyadari bahwa isi tangkinya sudah hampir habis. Cadangan pun ia tak punya.
Akhirnya tiba waktu ia merasa kering, panas. Ia butuh tangkinya terisi, harus ada yang mengisi tangkinya.
...
Ada tangki lain, mempunyai isi yang cukup banyak, baik hati. Mendekat dan memberikan cukup banyak kepada tangki yang hampir kosong. Namanya tangki dermawan.
Namun tangki yang hampir kosong ini serakah, egois, tak tahu diri, menyerap dengan cepat dan banyak isi dari tangki dermawan. Ia seolah tak peduli lagi dengan tangki dermawan yang baik hati itu, yang penting menurutnya tangki ia sendiri harus terisi.
Akhirnya tangki dermawan itu menjadi kosong, kekeringan, kepanasan, tak berdaya.
Begitu juga dengan si tangki serakah, ia mendapat balasan dari keegoisannya, tangkinya bocor. Sehingga kembali menjadi kekeringan dan kosong lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H