Mohon tunggu...
Alief Fikri
Alief Fikri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pengamat Resiliensi

Untuk sekarang, masih menjadi Alief Fikri dengan semua bahan kontemplasinya.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Optimasi Rumah Ibadah sebagai Filantropi Menyambut Patologi Sosial

6 Juni 2023   22:05 Diperbarui: 6 Juni 2023   22:14 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid al-Azhar, dokumentasi pribadi diambil oleh @anbiyamursalin_

Semua berawal dari patologi dari masjid yang tidak terlihat menjaga relevansinya terhadap lingkungan sekitar. Patologi ini tidak hanya terjadi hanya untuk masjid saja, namun untuk beberapa tempat ibadah. Seiring perkembangan zaman, tempat ibadah menjadi tempat yang disakralkan oleh masing-masing umatnya dan setiap tempat ibadah memiliki perkembangan historis sesuai dari latar belakang dogmanya.

Rumah ibadah sebagai tempat orang-orang dalam menaruh harapannya di dunia dan di akhiran, tempat dimana manusia mengakui keterbatasannya sebagai sebuah ciptaan yang pada akhirnya terbatas dengan apa yang telah melekat dalam dirinya, kemudian menjadi tempat pengakuan seorang hamba atas kekuasaan yang Maha Kuasa yang dimiliki oleh dzat yang ada diluar daripada dirinya. Rumah ibadah menjadi salah satu tempat strategis daam mengumpulkan kesadaran-kesadaran setiap umat manusia dalam mengingat kembali tentang tujuan hidup dan tujuan terciptanya dirinya sendiri dan tujuan penciptaan yang ada di sekitarnya.

Kemudian, globalisasi terus menerjang dengan semua kemajuan-kemajuan yang menyambut tanpa henti. Manusia pada akhirnya menyambungkan hidupnya tak hanya dengan kekuatan sendiri, kekuatan orang lain, kekuatan yang lebih besar, akhirnya juga manusia menyandarkan dirinya pada alat yang disebut sebagai produk peradaban modern berupa teknologi yang sehari-hari kita gunakan.

Teknologi kemudian merubah jalan hidup umat manusia dari bangun tidur hingga tidur kembali. Setiap elemen dalam hidup manusia tak lepas dari teknologi. Teknologi dan informasi berkembang pesat di kalangan manusia sehingga berperan dalam mentransformasi setiap sendi-sendi kehidupan dimuka bumi.

Problematika pada akhirnya tiba ketika nilai-nilai dogma daripada agama yang terikat dengan rumah ibadah berhadapan dengan perkembangan IPTEK yang melahirkan beberapa problem pada peradaban modern. Kemajuan peradaban tidak hanya menjadi hal positif yang bisa disambut oleh orang-orang, tapi juga pada akhirnya membuat pergeseran-pergeseran nilai-nilai yang melekat pada manusia.

Rumah ibadah yang pada awalnya terus menjalin keakraban dengan umat manusia pun akhirnya ikut bertransformasi dengan perkembangan teknologi dengan mengingat bahwa problematika sosial semakin marak terjadi tanpa adanya tempat-tempat yang bisa menanggulanginya.

Patologi yang tercipta daripada kemajuan peradaban modern dan kemajemukan daripada masyararakat pada akhirnya menemukan beberapa titik yang tak bisa lagi dicarikan solusinya dan menjadi akar masalah yang tak bisa dipecahkan solusinya seperti apa. Permasalahan social seperti kemiskinan, kenakalan remaja, hingga menuju pada perang antar suku atau kelompok, kepandiran, dan penyakit-penyakit lainnya yang lahir dari integral perekonomian. 

Turunan daripada kesenjangan ekonomi, dan ketidakberdayaann dalam memiliki hak untuk memenuhi kebutuhan primer, pada akhirnya melahirkan masalah-masalah yang beredar dan telah diurakan di atas. 

Rumah ibadah, sebagai tempat atau jembatan penghubung antara Tuhan dan manusia perlu melakukan beberapa transformasi dalam meyambut patologi social yang telah terjadi dan menjamur pada dalam masyarakat. Fungsi rumah ibadah perlu diperluas agar tak sekedar memberikan ketenangan terhadap hubungan antara seorang hamba dengan Tuhan. Akan tetapi juga memberikan jaminan kepada masyarakat di sekitarnya sebagai fungsi pemenuhan peran sebagai tangan kanan dari Tuhan. 

Keberadaan Tuhan dalam urusan pemenuhan sandang dan pangan menjadi polemic tersendiri ketika pada akhirnya masyarakat tidak lagi mempercayai Tuhan sebagai dzat yang bisa menghidupkan dan mematikannnya. Rumah ibadah perlu memperluas fungsinya untuk memberikan dampak pada sekitarnya dalam rangka untuk memberikan ketahanan dan keberdayaan terhadap orang-orang yang termarjinalkan oleh masyarakat lainnya dan menjemput nilai-nilai ketuhanan yang masih tersisa di dalam diri orang-orang.

Rumah ibadah ideal adalah rumah ibadah yang tak hanya menjadi jembatan penghubung untuk ketenangan seorang hamba secara nurani, tapi juga rumah ibadah yang juga menjadi pintu terbuka yang menyambut semua masalah social yang datang pada masyarakat. Rumah ibadah yang menjadi tonggak ekonomi dan perputaran finansial di sekitar untuk membantu masyarakat dalam menjaga ketahanan kualitas hidupnya. Produktifitas dari rumah ibadah juga perlu ditingkatkan dari aspek sosial. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun