Mohon tunggu...
Alfi AmaliaJauhari
Alfi AmaliaJauhari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa S1 Akuntansi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penerapan Konservatisme Akuntansi Sebelum dan Sesudah Konvergensi IFRS (International Financial Reporting Standard)

5 Juni 2022   18:00 Diperbarui: 5 Juni 2022   18:03 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Alfi Amalia Jauhari

Mahasiswa Fakultas Ekonomi 

Prodi S1 Akuntansi Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Dosen Pengampu : Sri Dewi Wahyundaru

(email : sridewi@unissula.ac.id)

1. Konservatisme Akuntansi

a. Pengertian Konservatisme Akuntansi

LaFond dan Watts (2008) mengemukakan bahwa konsep konservatisme akuntansi adalah suatu prinsip di dalam financial report (laporan keuangan), dimana perusahaan tidak bersegera menaksir dan mengakui aktiva dan laba. Namun, jika terjadi kemungkinan kerugian dan utang akan segera diakui.

Dalam penerapan prinsip konservatisme dalam financial report terdapat pro dan kontra. Watts (2003) mendukung pengaplikasian konservatisme akuntansi, karena mereka meyakini bahwa konservatisme merupakan salah satu hal penting untuk menekan biaya agensi, karena dapat meminimalisir kemungkinan manajer melakukan penyelewengan, seta meningkatkan kualitaas informasi financial report, yang mengakibatkan nilai perusahaan akan meningkat yang mencerminkan dari harga saham yang dimilikinya. 

Ahmed et al, (2002) dan Sari (2004) juga mendukung konservatisme akuntansi sebab dapat mengurangi polemik yang akan terjadi antara bondholders dan shareholders mengenai kebijakan deviden. Sedangkan Penman dan Zhang (2002) mengkritik pendapat bahwa praktik konservatisme dalam akuntansi dapat menghasilkan laba dengan kualitas tinggi. 

Mereka menganggap bahwa korelasi konservatisme dan kualitas laba dipengaruhi oleh periode penerapan konservatisme, apabila periode awal menggunakan konservatif laba maka laba pada periode tersebut akan memiliki kualitas tinggi, namun tidak dengan periode yang akan datang.

b. Alasan Penerapan Konservatisme Akuntansi

Hendriksen (1982) dalam Savitri (2016 : 38), berpendapat bahwa alasan konservatisme akuntansi diterapkan adalah :

1. Sikap pesimis dirasa perlu dilakukan untuk mengimbangi sikap optimis yang kemungkinan akan berlebihan dari para stakeholders perusahaan, sehingga dapat menghindari kecenderungan sikap "mengimbuhi" dalam financial report.

2. Penyajian laporan penilaian (valuation) dan laba yang diakui terlampau tinggi (overstatement) cenderung akan membahayakan perusahaan dan para stakeholders, daripada penyajian laporan yang bersifat terlampau rendah (understatement) karena akan dianggap  menyajikan laporan yang tidak benar dan akan beresiko tinggi dalam tuntutan hukum.

3. Seorang akuntan nyatanya lebih mampu mengumpulkan banyak informasi dibandingkan mampu mengkomunikasikan informasi tersebut kepada pihak penanam modal dan pihak pemberi kredit, yang pada akhirnya akuntan akan dihadapkan 2 (dua) jenis risiko sebagai berikut : laporan yang disajikan tidak valid atau laporan yang tidak disajikan adalah hal yang valid. 

  

2. Konvergensi IFRS

 a. Pengertian Konvergensi IFRS

Menurut KBBI, konvergensi ialah keadaan menuju suatu titik pertemuan. Atau dapat dikatakan bahwa konvergensi merupakan kombinasi dari beberapa hal untuk bertemu dan bersatu dalam satu titik. Sedangkan pengertian IFRS adalah suatu standar akuntansi global yang dikembangkaan oleh International Accounting Standard Board (IASB) dalam penyusunan financial report perusahaan (Warren, et al, 2014). 

IASB merupakan suatu badan independen yang membuat aturan akuntansi yang dapat diterapkan oleh pelbagai negara dengan maksud mengembangkan standar akuntansi global. 

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa konvergensi IFRS adalah suatu kombinasi atau integrasi standar akuntansi yang ada di berbagai negara untuk diaplikasikan dan disasarkan untuk mencapai tujuan yang sama yaitu IFRS. Atau juga dapat diartikan bahwa konvergensi ialah suatu proses penyelarasan atau peningkatan kesesuain praktik akuntansi dengan memberlakukan standar tertentu untuk menekan tingkat variabilitas dari praktik akuntansi yang ada. 

Dalam kontek ini konvergensi IFRS dapat didefinisikan sebagai proses meyeleraskan SAK (Standar Akuntansi Keuangan) di Indonesia dengan IFRS (Gamayuni, 2009).

Tujuan dilakukannya konvergensi IFRS ialah untuk meningkatkan kualitas financial report di berbagai negara dengan merujuk pada suatu poin dasar yang ekuivalen serta dapat menaikkan arus investasi global melalui financial report yang dapat diperbandingkan antar negara.

b. Ciri-ciri IFRS

Martani, et al., (2012:16) mengatakan bahwa IFRS sebagai standart internasional mempunyai 3 (tiga) poin dasar sebagai berikut:

1. Principles-Based.

 Pemakaian principles-based sebatas menangani hal-hal yang pokok, sedangkan tata cara dan aturan detail dipasrahkaan ke user. Sedangkan rule-based digunakan untuk membuat aturan pengakuan akuntansi secara rinci.  Standar yang bersifat principles-based mewajibkan user membuat penilaian (adjusment) yang sesuai terhadap suatu transaksi untuk menentukan relevansi ekonominya.

2. Fair Value

Teori fair value (nilai wajar) umumnya dipergunakan sebagai standar akuntansi. Fair value ini digunakan agar manaikkan relevansi informasi akuntansi dalam pengambilan keputusan karena memperlihatkan nilai terkini. Hal tersebut sangat bertentangan dengan konsep harga perolehan yang berdasarkan pada nilai perolehan pertama (historical cost). Sedangkan pada masa kini historical cost banyak digunakan. IFRS memberikan kesempatan pengaplikasian fair value lebih luas untuk beberapa item, diantaranya aktiva tetap dan aktiva tak berwujud. Fair value lebih signifikan tetapi harga perolehannya dianggap lebih kredibel.

3. Disclosure

 Pengungkapan (disclosure) dibutuhkan supaya user financial report bisa mengkaji informasi yang sesuai agar dapat diketahui terkait dengan apa yang disajikan dalam financial report dan kejadian penting yang terkait dengan item tersebut. Disclosure meliputi penjelasan penting, rincian, komitmen, serta kebijakan akuntansi.

c. Manfaat penerapan IFRS secara umum :

1. Mempermudah penafsiran financial report.  Adapun caranya yaitu dengan mengaplikasikan SAK yang berlaku secara internasional (enhance comparability).

2. Meminimalisir biaya modal dengan membuka kesempatan fund raising lewat pasar modal secara global.

3. Mengoptimalkan arus investasi global melalui transparansi.

4. Menghasilkan efisiensi dalam penyusunan financial report.

5. Mengoptimalkan mutu financial report dengan cara meminimalisir peluang dilakukannya erning management (Zamzami, 2011).

Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas, dapat diterik kesimpulan bahwa salah satu poin dasar IFRS ialah pengukuran/penilaian dengan fair value. Hal tersebut tentunya sangat bertentangan dengan prinsip konservatisme, dimana metode penilaian yang sangat konservatif adalah dengan menerapkan biaya historis (historical cost), karena pada dasarnya suatu perusahaan akan menepis kemungkinan adanya perubahan nilai dari suatu akun terutama yang memberi keuntungan bagi perusahaan (gain). 

Karena sesuai dengan prinsipnya, konservatisme adalah menunda pengakuan pendapatan atau keuntungan dimana pendapatan hal tersbut masih mengandung unsur ketidakpastian. Jadi terdapat pro dan kontra apakah setelah penerapan IFRS akan mengurangi atau meningkatkan penerapan prinsip konservatisme pada financial report.

Namun dari beberapa penelitian menemukan bahwa sebenarnya setelah konvergensi IFRS tidak menghilangkan sepenuhnya penggunaan prinsip konservatisme akuntansi ketika IFRS diterapkan, karena adanya prinsip prudence sehingga dapat meminimalisir polemik antara bondholders dan shareholders mengenai kebijakan deviden, dimana prinsip prudence berarti fungsi manajemen perusahaan yang bertanggung jawab dalam menyusun financial report dilaksanakan dengan hati-hati.

Referensi :

http://repository.stei.ac.id/6932/

http://ojs.unud.ac.id/index.php/jiab/article

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun