Mohon tunggu...
Alfi Muhammad
Alfi Muhammad Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Banda Neira, Pesona Indonesia yang Tenang dan Cantik

26 Juli 2018   11:13 Diperbarui: 30 Juli 2018   10:41 1233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Gunung Api yang masih aktif ini, merupakan salah satu aset penting Banda. Dari puncaknya yang bisa ditempuh dalam dua jam pendakian, keindahan alam Banda Neira terlihat semakin sempurna. Suasana pedesaan pinggir laut terasa begitu kental, walaupun sebetulnya Banda Neira bisa disebut kota kecil. Kantor-kantor pemerintahan setempat sudah buka pada pagi hari. Semua letaknya berdekatan. Walau beberapa guest house, kafe, hotel, dan penginapan memberi kesan modern, tetap saja tidak mengubah suasana perkampungan yang asri. 

Saya memutuskan menjelajahi daratan dulu, sebelum menengok kekayaan alam laut Banda Neira yang banyak dipuji itu. Bagi yang senang dengan wisata ke tempat-tempat bersejarah, di sinilah tempatnya. Kepulauan yang terdiri atas enam pulau besar dan tiga pulau kecil ini pernah menjadi surga rempah-rempah bagi bangsa lain dari Eropa. 

Berabad-abad lalu, komoditas perdangan rempahrempah, pala, atau fuli, membuat Eropa berkelimpahan rezeki. Bahkan dengar-dengar, Christoper Columbus juga pernah berniat mencari rempah ke Maluku, sebelum dia menemukan benua Amerika, pada 1492. Pada akhirnya Belandalah yang berhasil memonopoli perdagangan pala Eropa dan menguasai "tambang emas" dari Banda, yaitu perkebunan pala. 

Jan Pieterszoon Coen direktur Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) meraup keuntungan besarbesaran dari perdagangan pala asal Banda. Tidak heran, jika J.P Coen yang juga gubernur Batavia itu juga membangun kantor pemerintahan di Banda Neira. Segala atribut gubernuran ada di Banda pada masa itu. Sisa-sisa kejayaan masa lampau itu masih terlihat di Banda Neira kini. Antara lain, bekas rumah kediaman gubernur yang disebut penduduk setempat sebagai Istana Mini. 

Saat saya berkunjung, rupanya sedang berlangsung Seminar Internasional Memperingati 350 Tahun Perjanjian Breda di Banda. Suasana tampak lebih ramai dari biasanya. Gedung buatan 1683 itu masih berdiri kokoh dengan halamannya yang luas. Sebuah panggung batu bersemen didirikan di area depan. Kemungkinan besar inilah panggung orkes pengibur pesta kebun di masa silam. Bekas istana ini masih menunjukkan sisa kemegahannya. Beberapa pohon besar tampak di halaman. Dekat dermaga, di depan Istana Mini, terdapat gazebo, yang menurut cerita, dipakai sang gubernur untuk tea time sambil memandang laut Banda. 

Keberadaan benteng-benteng di pulau ini menunjukkan pentingnya daerah ini bagi pemerintahan kolonial. Ada dua benteng yang masih berdiri kokoh, yakni Benteng Nassau dan Benteng Belgica. Benteng Nassau dibangun pada 1609, namun lokasinya kurang strategis jika dijadikan benteng pertahanan. 

dok.pribadi
dok.pribadi
Berbeda dengan Benteng Belgica yang dibangun di atas bukit. Benteng Belgica yang didirikan Peter Both (1611) dan dipugar pada 1991, kini seakan sudah menjadi landmark khas Banda Neira. 

Untuk menaikinya, kita harus melewati tangga-tangga batu. Kalau berjalan santai memang tidak terasa. Namun jika kita agak terburu-buru menapaki puluhan anak tangga itu, baru lutut terasa pegal. Napas ngos-ngosan. Tapi setibanya di atas, rasa lelah itu terbayar dengan alam Banda yang luar biasa manisnya. Kita juga dibuat kagum dengan bentuk pentagonal dari Belgica. 

Di masa silam, benteng ini tidak hanya dijadikan sebagai tempat pertahanan dari serangan bangsa lain, tapi juga saksi intimidasi penguasa kolonial terhadap penduduk setempat. Benteng juga sempat mengalami kerusakan akibat gempa pada 1683 yang sempat membuat VOC mengeluarkan banyak biaya untuk merenovasinya. Penggunaan dua benteng ini semakin berkurang setelah Belanda mengalami kekalahan dari Inggris pada 1796 dan 1810. Belgica dan Nassau kemudian kehilangan statusnya sebagai bangunan militer. Tempat ini berangsur-angsur menjadi tempat wisata belaka. Dari Belgica, kita bisa melihat pemandangan eksklusif alam Banda yang indah. 

Pemandangan gunung dan laut terlihat seperti lukisan yang hidup. Begitu cantik. Kalau berani uji nyali, kita bisa menaiki tangga tertinggi di situ. Saya sendiri sih, agak ragu, karena tangga besi itu terasa bergoyang kalau dinaiki. Dari lantai dua benteng, terlihat beberapa meriam berjejer dengan logo VOC. Saya terkagum, ternyata gambaran benteng sebagai bangunan kuat dan kokoh tak terkalahkan itu betul-betul nyata. Bisa terbayangkan, betapa tembok-tembok kokoh ini menjadi saksi kekejaman para penguasa kolonial terhadap bangsa Indonesia saat itu.

dok.pribadi
dok.pribadi
Memukul pantat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun