Cobalah untuk relaksasi dengan musik, berlatih mengatur nafas, dan perbanyak syukur. Jika kamu tidak memiliki alasan untuk bersyukur, maka ingat hal paling sepele yang bisa membuatmu masih ada di dunia ini. Kamu masih bisa bebas bernafas, bisa melihat layar ponselmu, dan meminum minuman segar meskipun hanya air putih. Bukankah itu tanda kamu masih berkesempatan untuk bahagia?
Penerimaan diri sebagai langkah awal menuju bahagia. Kamu jadi lebih bijak dengan mengubah perspektif tentang diri kamu.
3. Melawan berarti melayani
Melayani diri sendiri merupakan bentuk kasih yang abadi. Mungkin kamu sedang tidak sadar bahwa realitasnya hanya kamu dan dirimu saja yang bersama dalam keabadian. Ingat, ya, kamu itu selalu bersama dirimu sendiri tanpa syarat!
Coba renungkan:
ketika kamu pergi ke kamar mandi, siapa yang ada bersamamu?
Ketika kamu tidur, siapa yang ada bersamamu?
Kemudian, ketika kamu sendiri, siapa yang ada bersamamu?
Tentu jawaban semua pertanyaan tersebut, yaitu hanya dirimu sendiri.
Pelayanan terhadap diri sendiri dimulai dari pikiran. Mengisi pikiran dengan hal-hal positif dapat mengubah realitas duniamu. Kamu bisa melakukan ini dengan menulis kalimat-kalimat afirmasi seperti “Mentalku pasti sehat.” Dengan demikian, kamu juga harus mengelola emosi dalam menghadapi orang lain. Latih emosimu dengan mencoba memelankan suaramu saat marah, tersenyum melihat realitas yang tidak mengenakan, dan genggam tanganmu saat kamu ingin meluapkan kemarahan.
Terakhir, kamu harus meningkatkan self-esteem atau menyadari bahwa kamu berharga dan berimpak positif bagi duniamu. Kamu bisa menulis pencapaian-pencapaian dari hal-hal kecil seperti berhasil memberi saran kepada teman dan bersedekah Rp500,00. Mungkin bagimu itu tidak berarti, tetapi hal tersebut merupakan terapi untuk melawan diri sendiri di tengah kerunyaman sosial.