Mohon tunggu...
Alfi Muna Syarifah
Alfi Muna Syarifah Mohon Tunggu... Lainnya - Writer

I was active as Indonesian activist for Indonesian woman justice. Now, I split out my volunteer work became writer here. 😌| My study was focused in linguistic forensic for Indonesian law cases. Welcome and please enjoy my masterpieces!!!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Namanya Perempuan

8 Desember 2022   19:53 Diperbarui: 8 Desember 2022   23:31 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Laki-laki gender pertama yang diciptakan oleh Tuhan 

Kitab suci memberitakan penciptaan pertama diberikan kepada Adam sebagai laki-laki.

Dengan ini, perempuan tersubliminasi sebagai manusia kedua terverifikasi langsung oleh Tuhan sebagai pencipta dan eksistensinya  dikarenakan eksistensi laki-laki. 

Perempuan sebab laki-laki diusir dari surga 

Kisah Adam dan Hawa pemanis kesubordinasian perempuan. Patriarkisme menafsirkan perempuan berstigma penggoda menjerumuskan laki-laki dalam kemurkaan Tuhan dan segala penderitaan dunia demi memperjuangkannya. 

Perempuan diciptakan dari dan untuk laki-laki 

Penciptaan Hawa diberitakan bahwa Tuhan menginginkan pendamping untuk Adam di surga. Dengan ini, Tuhan mengambil tulang rusuk Adam untuk penciptaan Hawa sehingga mereka secara sah menjalankan misi Tuhan untuk memperkembangkan manusia sebagai penyembahNya.

Penciptaan tersebut menimbulkan derivasi tubuh laki-laki untuk perempuan sehingga otoritasi di pihak laki-laki. Sementara, perempuan hanya dibutuhkan karena eksistensi laki-laki.


Kekeliruan penafsiran "My body, my choice" juga menjadi boomerang bagi perempuan. Slogan feminis tersebut digunakan untuk mengeklaim perempuan memiliki kebebasan atas tubuhnya sendiri untuk mencapai kesejahteraan. Awalnya, ini digunakan untuk melindungi perempuan pada sistem kerja kapitalisme saat perempuan hanya memiliki opsi, yaitu mendedikasikan diri bekerja di tempat dengan bayaran tertinggi. 

Namun, slogan tersebut saat ini justru mengesankan persetujuan subordinasi oleh perempuan seperti menyetujui untuk diperkosa suami. Dengan ini, perempuan merasa diri wajib menerima dan memberi pada hal seksualitas karena itu pilihan, kesenangan, dan otoritasnya. Kepemilikan tubuh perempuan seharusnya menjadi hubungan unik antara perempuan dan tubuhnya dalam tujuan dan komitmen berharga. 

Analoginya, perempuan mengeklaim diri setara dengan laki-laki dalam hak kepemimpinan, maka perempuan berotoritas memilih menjadi pemimpin dan mengontrol apa yang terjadi pada tubuhnya dengan mengadopsi aksi tepat untuk memimpin. Namanya perempuan, tetap butuh laki-laki untuk berjuang bersama menegakkan kesetaraan dan keadilan alias memerangi patriarkisme.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun