Konflik di Bali dan Sri Lanka memiliki akar dan karakteristik yang berbeda. Di Bali, konflik umumnya berpusat pada perebutan kekuasaan dan sumber daya, seperti terlihat dalam peristiwa "Buleleng Berdarah" yang dipicu oleh persaingan antar partai politik. Sementara itu, konflik di Sri Lanka berakar pada perbedaan etnis dan agama yang sudah berlangsung lama antara penduduk Sinhala dan Tamil. Konflik ini berujung pada perang saudara yang berkepanjangan, menyebabkan kerusakan yang signifikan bagi penduduk, lingkungan, dan ekonomi negara. Meskipun berbeda, kedua konflik ini menunjukkan pentingnya membangun mekanisme penyelesaian konflik yang efektif dan mendorong dialog antar kelompok untuk mencegah eskalasi konflik dan menciptakan perdamaian yang berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H