Desa Sukadana, Kabupaten Lombok Timur, Juli 2023 - Fakultas Pertanian Universitas Gunung Rinjani (UGR) telah melaksanakan program pengabdian masyarakat yang inovatif di Desa Sukadana, Kecamatan Terara, Kabupaten Lombok Timur, pada bulan Juli 2023. Program ini melibatkan seluruh anggota Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Pemuda Gubuk Timuk, yang terdiri dari 15 orang.
Tujuan utama dari kegiatan ini adalah memberikan pengetahuan, wawasan, dan keterampilan kepada anggota KUBE dalam pembuatan mikro organisme lokal (MOL) sebagai bahan dekomposer. Harapannya, anggota KUBE akan mampu menjaga keberlanjutan usaha mereka dan terus berinovasi dalam memanfaatkan limbah rumah tangga yang lebih mudah didapatkan di sekitar lingkungan mereka.
Program pengabdian ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya memanfaatkan sumber daya di lingkungan masyarakat, seperti sisa sayur, nasi basi, dan buah-buahan yang sudah tidak terpakai. Selain itu, dengan pembuatan pupuk organik dari limbah rumah tangga, biaya produksi dapat dikurangi, yang sekaligus mendukung kelestarian lingkungan.
Tahapan pertama dalam pembuatan MOL adalah mencacah limbah organik sebanyak 20 Kg, termasuk sisa sayur, buah-buahan, dan ampas kulit pisang. Proses pencacahan ini bertujuan untuk mempercepat perombakan menjadi bahan MOL, dan semakin halus pencacahan, semakin baik.
Selanjutnya, air cucian beras sebanyak 20 liter dicampur dengan 0,5 Kg gula pasir dalam sebuah ember. Gula pasir digunakan sebagai aktivator mikroorganisme sebelum fermentasi nasi dan limbah organik. Proses ini sebaiknya dilakukan 2 atau 3 hari sebelum memasukkan limbah organik yang sudah dicacah. Penggunaan air sumur atau air hujan lebih disarankan.
Nasi basi sebanyak 1 Kg diremas-remas untuk mempercepat proses fermentasi, kemudian dimasukkan ke dalam campuran air cucian beras dan gula. Selanjutnya, limbah organik yang sudah dicacah dimasukkan ke dalam wadah yang sama. Pastikan bahwa jumlah air cucian beras lebih tinggi daripada jumlah limbah organik, agar limbah organik terendam dalam air dan fermentasi berjalan dengan baik.
Wadah kemudian harus ditutup rapat dan ditempatkan di tempat yang teduh, jauh dari sinar matahari langsung, atau disimpan di tempat yang kering. MOL sudah siap digunakan ketika tercium bau yang khas dan terdapat buih selama fermentasi. Jika masih tercium bau yang kuat dan ada buih yang muncul, maka MOL masih dalam proses fermentasi.
Dengan demikian, program ini tidak hanya membantu mengatasi masalah sampah rumah tangga, tetapi juga meningkatkan produktivitas pertanian secara berkelanjutan. Selain itu, pendekatan ini memiliki potensi untuk menginspirasi masyarakat lain untuk mengambil langkah serupa dalam memanfaatkan limbah rumah tangga untuk kebaikan lingkungan dan pertanian mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H