Mohon tunggu...
Zakki Alfarhan
Zakki Alfarhan Mohon Tunggu... Freelancer - Activis - Jusnalis

Seorang Pemuda kampung yang memiliki mimpi besar, mencoba lakukan hal terbaik dalam ruang ruang kebermanfaatan

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Terangkahku di Tengah Kegelapan: Cerita Mengharukan Masa Kecil di Bulan Ramadan

2 April 2023   06:38 Diperbarui: 2 April 2023   07:02 958
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Hari itu adalah hari pertama puasa di bulan Ramadan, dan aku dan saudara-saudaraku merasa sangat antusias. Kami sudah bersiap-siap sejak pagi, dan bahkan sudah membuat jadwal untuk kegiatan selama bulan puasa.

"Sudah siap untuk berpuasa?" tanya ibuku saat kami semua berkumpul di ruang tamu.

"Sudah, bu," jawab kami serentak.

"Bagus. Jangan lupa untuk selalu berbuka puasa pada waktunya ya," kata ibuku dengan senyum ramah.

Kami semua tersenyum dan saling memberikan dukungan satu sama lain. Aku dan kakakku, Sarah, yang saat itu berusia 12 tahun, merasa sangat antusias untuk menjalani bulan puasa dengan penuh semangat.

"Sudah ada rencana untuk kegiatan puasa kita?" tanyaku pada Sarah.

"Iya, aku udah bikin jadwal kegiatan kita. Ada kegiatan menghafal Al-Quran, baca buku, dan bahkan rencana untuk berbuka puasa di restoran baru yang buka di dekat rumah," jawab Sarah dengan semangat.

"Wow, keren banget! Aku jadi semakin antusias buat puasa," ujarku dengan senyum lebar.

Namun, tak lama setelah itu, kegiatan puasa kami menjadi sedikit terganggu karena adanya suara keributan di depan rumah kami. Ketika kami keluar untuk melihat apa yang terjadi, kami melihat sekelompok anak kecil yang sedang bermain petasan di depan rumah kami.

Baca juga: Puasa dan Puisi

"Aduh, gara-gara mereka jadi ribut. Gak bisa fokus puasa nih," ujar Sarah dengan sedikit kesal.

"Aku akan bicara dengan mereka," kata ayah kami saat ia keluar ke depan rumah.

Setelah beberapa menit berbicara dengan anak-anak tersebut, ayah kami berhasil membuat mereka pergi dan berjanji untuk tidak lagi bermain petasan di depan rumah kami.

"Alhamdulillah, ayah kita berhasil mengatasi masalahnya. Kita bisa fokus puasa lagi," kata Sarah dengan senyum lega.

Aku dan Sarah kemudian melanjutkan kegiatan puasa kami dengan semangat. Kami membaca Al-Quran bersama, membaca buku, dan bahkan menggambar untuk mengisi waktu senggang kami. Namun, ada satu momen yang paling membekas dalam ingatan kami saat itu.

Ketika waktu berbuka puasa semakin dekat, aku dan Sarah memutuskan untuk membantu ibuku mempersiapkan makanan untuk berbuka puasa. Kami berlomba-lomba untuk memotong sayuran dan menggoreng kue yang akan kami sajikan nanti.

"Tolong cepat ya, masih sebentar lagi waktu berbuka puasa," kata ibuku sambil tersenyum.

"Siap, bu!" jawab kami serentak.

Namun, ketika kami hampir selesai mempersiapkan makanan, tiba-tiba listrik mati dan kami menjadi panik. Kami tidak bisa melihat apa-apa dan bahkan tak bisa menghidupkan alat dan lampu senter yang ada pun tidak bisa digunakan karena baterainya sudah habis.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Sarah yang terdengar sedikit panik.

Aku mencoba untuk tenang dan mencari jalan keluar dari situasi tersebut. Tiba-tiba, aku teringat bahwa kami memiliki lilin cadangan di dalam lemari.

"Aku akan cari lilin di dalam lemari, kalian tetap di sini ya," kataku pada mereka sambil berjalan dengan hati-hati di dalam gelap.

Setelah beberapa saat mencari, aku berhasil menemukan lilin cadangan tersebut dan segera membawanya ke ruang tengah. Dengan hati-hati, aku menyalakan lilin dan lampu di ruang tengah pun terlihat terang kembali.

"Alhamdulillah, aku bisa menemukan lilin cadangan. Sekarang kita bisa lanjutkan kegiatan puasa kita," ujarku dengan senyum lega.

Kami kemudian melanjutkan persiapan makanan dengan bantuan cahaya dari lilin. Tak lama kemudian, waktu berbuka puasa tiba dan kami memakan makanan yang telah kami persiapkan dengan bersama-sama.

"Enak banget makanannya, bu," ujar Sarah dengan senyum lebar.

"Iya, terima kasih atas bantuan kalian dalam mempersiapkan makanan ini," ujar ibuku dengan senyum ramah.

Kami semua merasa bahagia dan bersyukur karena bisa menjalani bulan puasa dengan lancar meskipun ada beberapa hambatan yang harus diatasi. Kami berharap bisa terus menjaga semangat dan kesabaran selama bulan puasa, serta meraih berbagai manfaat positif dari kegiatan puasa yang kami lakukan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun