Mohon tunggu...
Alfi M Muhamad
Alfi M Muhamad Mohon Tunggu... profesional -

l Journalist l Writer l Culinary Traveler l Member of Komunitas Lini Kreatif l First Generation StandUp Comedian Universitas Diponegoro l Man jadda wa jadda : )

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Mi Kopyok Semarangan

11 Januari 2012   17:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:01 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mi kopyok atau biasa disebut mi lontong memiliki asal nama dari kata ‘’kopyok’’ dalam bahasa Jawa yang berarti aduk. Mi kopyok kebanyakan dijajakan dengan gerobak keliling dari kampung-ke kampung. Acap dibeberapa daerah, mi kopyok menjadi masakan kegemaran dan salah satu yang paling dicari oleh penikmat kuliner. Apalagi jika Anda pernah mampir ke Kota Semarang. Salah satu yang khas dari Kota Lunpia adalah mi kopyok Pak Dhuwur. Mi kopyok Pak Dhuwur adalah salah satu makanan khas Semarang yang cukup terkenal. Berada di pinggiran Jl Tanjung Semarang, Pak Sumardi (59) dengan setia melayani pembeli yang berdatangan dari pukul 08.00-16.00 WIB setiap hari. Di sana hanya menawarkan satu-satunya hidangan khas warung, apalagi kalau bukan mi kopyok. Saat menyantapnya, kacang cincang disambal pedas sesekali terasa di lidah menambah rasa gurih mi kopyok Pak Dhuwur ini. Rasa sambal pedas menambah cita rasa istimewanya. Gurih, manis dengan siraman kuah bawang yang terasa segar. ‘’Sambal cabainya dicampur dengan kacang dan kuah bawangnya yang khas membuat rasa mi kopyok menjadi sedap,’’ ujar Sumadi, sang adik yang menggantikan usaha Harso (70) alias Pak Dhuwur yang berusia hampir setengah abad siang itu. Warung tenda mi lontong Pak Dhuwur yang lebih populer dengan sebutan mi kopyok Pak Dhuwur ini bisa dinikmati cukup dengan Rp 7 ribu saja per porsi. Walaupun berjualan di sebuah tenda, mi kopyok Pak Dhuwur yang bisa dikatakan salah satu dari segelintir makanan khas Semarang yang masih bertahan ini tidak sepi dari pembeli. Bahkan, pada jam-jam tertentu, untuk menyantap seporsi mi, ada yang rela antre di luar tenda. Nah, nama warung ini pun punya cerita unik. Disebut mi kopyok karena cara meraciknya, ‘’kopyok’’ atau ‘’aduk’’. Proses memasak tauge dan mi kuning diaduk (dikopyok-kopyok kalau kata orang Jawa) dalam air panas. Sedangkan nama Pak Dhuwur berasal dari tubuh Harso sang pemilik lama warung yang tinggi sehingga sering disebut Pak Dhuwur. Sepintas mi kopyok Semarang ini mirip tahu kupat atau lontong balap Surabaya atau tauge goreng ala Bogor. Bahan dasarnya irisan lontong, mi kuning, tauge, irisan tahu goreng dengan topping irisan seledri, bawang merah goreng, dan kerupuk karak atau gendar yang diremas dengan bumbu kuah bawang putih yang meresap. Mi kopyok Pak Dhuwur selain dapat dijumpai di Jl. Tanjung Semrang, juga bisa dijumpai di Pujasera 10 Jl Kyai Saleh Semarang dan cabang Jakarta, tepatnya di Jl Dr Sumarno-Sentra Primer (depan Kantor Walikota Jakarta Timur). Selamat mencoba, dan buktikan cita rasa setengah abad dari mi kopyok legendaris Semarang satu ini. AArtikel ini juga bisa Anda baca selengkapnya di www.besekan.com dan http://kulinermaknyus.wordpress.com/ Chekidot :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun