Â
Di tingkat global konflik antara Hizbullah dan Israel menjadi bagian pola geopolitik yang lebih luas, dimana kita melihat dua kekuatan besar seperti Amerika Serikat, Rusia, dan Negara-negara Eropa lainnya. Amerika Serikat, sebagai pendukung utama Israel, terus menerus memberikan dukungan militer, politik, dan diplomatik kepada para sekutunya, untuk memastikan Israel tetap unggul dalam wilayah kekuasaannya. Sementara itu, Rusia juga memainkan perannya dalam mendukung Iran dan sekutunya, termasuk Hizbullah sebagai upaya mempertahankan pengaruhnya di kawasan Timur Tengah dan melawan kepentingan Barat. Keterlibatan Rusia dalam mendukung Rezim di Suriah juga menambahkan permasalahan pada konflik. Dinamika peperangan antara Hizbullah dan Israel mengingatkan pada masa perang dingin, di mana kekuatan besar seperti Amerika Serikat dan Uni Soviet ikut terlibat dalam sebuah konflik regional melalui perwakilan negaranya (Proxy Wars). Dalam hal tersebut, konflik antara Hizbullah dan Israel tidak hanya berdampak kepada stabilitas Negara yang terikat saja, tetapi juga di ke Negara lainnya. Hal tersebut tentunya akan menimbulkan ketegangan yang meningkatkan kondisi krisis yang lebih besar seperti terlibatnya aktor-aktor global secara lamgsung dan menambah permasalahan dalam hubungan internasional dalam konsep geopolitik. Â [iii]
Â
Kesimpulan yang bisa saya ambil mengenai konflik peperangan antara Hizbullah dan Israel bukan hanya sekedar perselisihan lokal saja, tetapi konflik yang terjadi memiliki keterkaitan dengan konsep-konsep yang ada selama Perang Dingin, terutama konsep perang Proxy, Balance Of Power, Detterence, dan Security Dilemma. Ketrlibatan antara Iran dan Amerika serikat dalam mndukung masing-masing aktor, menunjukan bahwa konflik tersebut merupakan bagian dari upaya kedua kekuatan negara adidaya untuk memperluas pengaruh mereka dikawasan Timur Tengah. Di mana Iran mengunakan aktor Hizbullah dalam melawan Israel dan Amerika Serikat menggunakan Israel untuk menjaga ke stabilan dan kepentingannya diwilayah tersebut. Namun, strategi-strategi yang diterapkan oleh kedua Negara adidaya tersebut membuat kawasan di Timu Tengah semakin tidak stabil yang membuat siklus kekerasan yang berkepanjangan dan memancing Negara lain seperti Rusia dan Negara persekutuan Barat ikut campur dalam konflik tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H