Mohon tunggu...
Suryana Alfathah
Suryana Alfathah Mohon Tunggu... Freelancer - Santrizen Millenial

Kaum rebahan ras terkuat kedua di bumi

Selanjutnya

Tutup

Book

Review Novel Rumah Lebah: Kenyataan Dibalik Teman Khayalan

22 Januari 2025   19:32 Diperbarui: 22 Januari 2025   19:32 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Judul: Rumah Lebah
Penulis: Ruwi Meita
Penerbit: Bhuana Sastra
Jumlah Halaman: 281 hal
ISBN: 978-623-321-6484-0

Sinopsis
Mala, gadis kecil berusia enam tahun yang terobsesi dengan ensiklopedia. Dia hanya membaca buku ensiklopedia dan selalu mengurutkan buku satu sampai buku terakhir dari sisi kiri ke sisi kanan. Dia juga tertarik dengan beruang.
Di rumah, Mala hanya tinggal bersama orangtuanya, tetapi dia selalu membicarakan enam orang asing yang hidup bersama di dalam rumahnya. Dia selalu takut pada Satira, bersahabat dekat dengan Wilis, berbicara dengan Tante Ana yang suka berdandan, belajar bahasa Spanyol dengan Abuela, dan si Kembar yang hanya bisa mendengar, melihat, dan mencatat.
Siapakah sebenarnya enam orang asing yang selalu dibicarakan Mala? Rahasia apakah yang dimiliki oleh enam orang asing tersebut?

Review Singkat
Setelah sekian lama, akhirnya saya membaca lagi karya Ruwi Meita. Sebelumnya, saya sangat menikmati Misteri Patung Garam, novel misteri kriminal yang menurut saya luar biasa. Kali ini, giliran Rumah Lebah, salah satu novel yang sudah lama masuk wishlist saya. Banyak reviewer bilang buku ini bagus dan wajib dibaca, dan akhirnya sekarang saya bisa membuktikannya sendiri.

Rumah Lebah adalah novel bergenre psychological thriller, sebuah genre yang selalu menarik perhatian saya. Begitu tahu novel ini melibatkan unsur psikologi, saya langsung menebak-nebak alurnya. Biasanya, cerita dalam genre ini nggak akan jauh-jauh dari tokoh dengan kelainan psikologis tertentu. Dan benar saja, sejak awal kita diperkenalkan pada Mala, seorang anak kecil yang memiliki "teman tak kasat mata." Dari situ, saya pikir ceritanya akan fokus sepenuhnya pada Mala dan dunianya. Tapi, seperti biasa, Ruwi Meita berhasil membawa saya ke arah yang sama sekali tak terduga.

Bagian awal mungkin terasa sedikit slow untuk sebagian orang, tapi jujur, saya pribadi tidak merasa bosan sama sekali. Narasinya mengalir dengan begitu natural dan nggak bertele-tele, jadi malah terasa nyaman diikuti. Biasanya, pacing lambat dalam novel terasa membosankan kalau penulis terlalu banyak memberikan deskripsi yang nggak begitu ada hubungannya dengan cerita. Tapi dalam Rumah Lebah, narasi yang dibangun Ruwi terasa pas, rapih dan mendukung suasana cerita. Kemudian, konflik besar pun muncul, pembunuhan seorang wartawan gosip yang mayatnya ditemukan mengambang di danau. Sejak saat itu, alurnya berubah menjadi lebih cepat dan intens. Sebelum sadar, saya sudah sampai di akhir cerita.

Kalau soal plot, menurut saya novel ini punya keunggulan tersendiri. Walaupun setting-nya hanya berpusat di tempat yang itu-itu saja dan karakternya bisa dibilang sangat terbatas, penulis tetap berhasil membangun ketegangan dan rasa penasaran. Twist di akhir cerita juga sangat memuaskan. Meski saya sebenarnya kesal karena sempat kena spoiler dari review orang lain, saya tetap merasa puas. Rasa "wow"-nya tetap ada, terutama karena ada beberapa detail kecil yang nggak saya duga. Soal siapa pelaku pembunuhan wartawan itu, saya sebenarnya sudah menebaknya sejak awal, tapi tetap ada elemen kejutan yang bikin cerita ini menarik. Dan soal teman-teman imajiner Mala? Itu benar-benar di luar ekspektasi saya dan cukup mind-blowing.

Karakter Mala sendiri menjadi salah satu alasan utama kenapa saya sangat menikmati novel ini. Mala digambarkan sebagai anak kecil yang unik: dingin, pendiam, penuh rahasia, tapi sangat cerdas. Dia bukan anak kecil biasa, dan itu membuat saya terus ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam pikirannya. Salah satu momen paling berkesan bagi saya adalah ketika Mala akhirnya melakukan sesuatu yang menurut dia benar, lalu untuk pertama kalinya tersenyum. Momen itu sederhana, tapi sangat berkesan dan terasa emosional.

Saat membaca novel ini, saya langsung teringat dengan film Identity (2003), yang konon terinspirasi dari novel Agatha Christie, And Then There Were None. Dalam Identity, tema kelainan psikologis juga menjadi inti cerita, dan saya merasa kedua karya ini memiliki kesamaan dalam mengeksplorasi kompleksitas pikiran manusia. Meski begitu, Rumah Lebah tetap memiliki keunikannya sendiri, terutama dalam cara penulis memadukan elemen imajinasi anak dengan sisi gelap psikologi.

Kalau bicara soal simbolisme dalam cerita ini, jujur saja, saya masih belum sepenuhnya memahaminya. Misalnya, apa makna dari Rumah Lebah, segi enam, atau Ratu Lebah? Kalau maksud yang dituju nya sih saya sedikit mengerti, seperti segi enam yang menunjukkan enam oeang asing "tema" Mala. Tetapi maksud dari analogi nya yang belum saya pahami. Rasanya ada pesan filosofis yang ingin disampaikan penulis, tapi mungkin saya belum menangkapnya dengan baik. Meski begitu, simbolisme ini nggak mengurangi kenikmatan saya dalam membaca. Justru, hal ini membuat saya ingin membaca ulang untuk mencoba memahami lebih dalam.

Secara keseluruhan, Rumah Lebah adalah novel yang menurut saya sangat layak dibaca, terutama bagi pecinta psychological thriller. Ruwi Meita kembali membuktikan bahwa dia mampu menciptakan cerita yang tidak hanya seru, tapi juga penuh teka-teki dan emosi. Bagi saya, novel ini berhasil memenuhi ekspektasi yang sudah saya bangun sejak awal. Meski tidak semua reviewer sepakat, saya pribadi merasa puas dengan novel ini.

Sebagai penutup, saya memberikan nilai 8,5 dari 10 untuk Rumah Lebah. Twist-nya bagus, karakter Mala sangat menarik, dan alurnya mengalir dengan pas. Kalau kamu suka cerita yang bikin mikir dan penuh kejutan, buku ini wajib masuk daftar bacaanmu. Selamat membaca dan menikmati perjalanan dalam Rumah Lebah!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun