Judul: Hellweek
Penulis: Yogie Nugraha
Penerbit: One Peach Media
Jumlah Halaman: 307 hal
ISBN: 978-623-6516-08-5
Sinopsis
Seorang agen intelijen terlatih, Rocky Pattinama, mendapat tugas menyelidiki pembantaian brutal terhadap tujuh pria Papua, yang memicu kecaman dunia internasional terhadap pemerintah Indonesia. Penyelidikannya membawanya ke Berlin dan Hangzhou, menghadapi konspirasi global yang melibatkan CIA dan keturunan Nazi. Di tengah ancaman besar, Rocky harus memilih antara menyelesaikan misi atau menyerah pada kekuatan gelap di balik kasus ini.
Review Singkat
Hellweek adalah novel spy thriller lokal yang benar-benar seru. Ditulis oleh Yogie Nugraha, yang sebelumnya menghadirkan Koin Terakhir dan Pendosa Suci, dua novel dengan genre serupa. Seperti membaca karya sebelumnya, Hellweek punya daya tarik yang bikin kita serasa nonton film mata-mata, lengkap dengan konflik yang kompleks dan adegan action yang seru.
Cerita novel ini dimulai dengan sebuah video mengerikan yang memperlihatkan kematian tujuh anggota separatis Papua akibat senjata pemusnah massal. Kejadian ini memicu kecaman dunia internasional, yang menganggap Indonesia melanggar HAM dan tidak bijak dalam menyelesaikan konflik. Untuk membersihkan nama negara, BIN atas perintah Presiden menugaskan Rocky Pattinama, agen asal Maluku, untuk menyelidiki kasus tersebut. Namun, semakin dalam Rocky menggali, semakin banyak konspirasi yang melibatkan sosok-sosok berkuasa. Akankah Rocky berhasil menyelesaikan misinya, atau justru terseret oleh tangan-tangan gelap di balik kasus ini?
Yang menarik dari Hellweek adalah strukturnya yang dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama fokus pada penyelidikan Rocky hingga menemukan dalangnya. Bagian kedua adalah cerita inverted yang memaparkan motif si dalang. Konsep ini bikin cerita terasa fresh dan nggak monoton. Namun di bagian kedua mungkin bagi sebagian orang terasa membosankan. Karena ya pelakunya sudah ketauan, buat apa diceritakan motif yang sebegitu panjangnya sampai berlembar-lembar?
Gaya bahasa Yogie terasa santai dan mudah diikuti, meski di beberapa bagian penjelasannya terkesan terlalu panjang dan kadang menyelipkan hal yang nggak ada hubungannya. Misalnya, ada bagian tentang mimpi Rocky saat kuliah filsafat yang bahasannya menyangkut eksistensi Tuhan. Buat saya, bagian itu agak melenceng, tapi mungkin memang ciri khas penulis. Mungkin penulis adalah lulusan filsafat? Karena di novel sebelumnya, Koin Terakhir, dialog-dialog filosofis juga ada, bahkan latar ruang kelas dan karakter dosen perempuannya terasa mirip. Apakah ini karakter yang sama? Entahlah, hanya penulis yang tahu.
Bagian action jelas menjadi kekuatan utama Hellweek. Kejar-kejaran, tembak-tembakan, hingga adegan baku hantam digambarkan dengan detail dan rapi. Selain itu, elemen misteri dalam penyelidikan Rocky juga memberikan kesan seperti membaca novel detektif, yang bikin pembaca terus penasaran.
Ada kemiripan motif dengan novel Pendosa Suci, yaitu soal monopoli sumber daya alam Uranium di Kalimantan. Namun, eksekusi di Hellweek terasa lebih brutal, karena melibatkan rencana besar untuk menjatuhkan Presiden.
Nama Hellweek sendiri diambil dari pelatihan SEKOPASKA (Sekolah Komando Pasukan Katak) yang ekstrem dan brutal. Hanya orang-orang dengan fisik kuat dan mental baja yang bisa lolos dari pelatihan ini, dan Rocky adalah salah satunya.
Secara keseluruhan, Hellweek adalah bacaan yang memadukan sisi ringan dan berat. Seru, melelahkan, tapi tetap menyenangkan. Saya beri skor 7.8/10. Novel ini jadi bukti bahwa penulis lokal juga bisa menghadirkan cerita mata-mata sekelas internasional. Ayo, kita dukung karya seperti ini! Selamat membaca!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H