Mohon tunggu...
Suryana Alfathah
Suryana Alfathah Mohon Tunggu... Freelancer - Santrizen Millenial

Kaum rebahan ras terkuat kedua di bumi

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Review Novel Satin Merah: Kematian Para Sastrawan Sunda

28 November 2023   23:18 Diperbarui: 28 November 2023   23:33 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Selanjutnya adalah isi dan isu yang dibahas. Isu minor yang saya maksudkan adalah isu tentang budaya, terkhusus sastra sunda. Yang mana dalam cerita ini diangkat dari pertanyaan "Apakah sastra sunda akan punah?". Masalah ini terjadi karena melihat budaya masyarakat sekarang yang sudah mulai melupakan budaya dan bahasa "ibu" nya. Misalnya masyarakat sekarang lebih menyukai buku2 atau acara2 yang berasal dari budaya luar, daripada budaya nya sendiri. 

Untuk saya sendiri yang juga termasuk "orang sunda", merasa relate dengan pernyataan tersebut. Sehingga membaca buku ini menjadi pengingat untuk saya pribadi dan seharusnya juga untuk masyarakat hari ini dalam melestarikan budaya nenek moyang Indonesia, khususnya budaya Sunda.

"Kamu ini ya, Sastra Sunda aja dipikirin! Ngapain sih, mau-maunya! Biar orang desa yang lebih berbakat kesenian yang ngurusin perkara remeh gitu. Di keluarga kita, nggak ada darah-darah sastrawan, tahu nggak! Kamu mau jadi apa, Naaak, ngurusin sastra itu mau jadi apaaaa? Orang kere di Indonesia ini udah banyak!". (Hal. 161)

Selain membahas Budaya sastra sunda, membaca Satin Merah juga seolah olah membaca buku Tips & Trick dalam dunia kepenulisan dan penerbitan. Karena di dalamnya banyak sekali selipan selipan tentang bagaimana cara menulis yang benar, bagaimana membuat cerita, prosa, puisi, dan penokohan yang baik, dan masih banyak lagi. Termasuk juga dunia penerbitan yang penjelasannya cukup gamblang sehingga sedikit memberikan rangsangan kepada saya untuk menulis dan mempunyai buku karangan saya sendiri.

Kemudian untuk gaya bahasa dan tutur kalimat serta diksi dalam novel ini saya sih oke-oke saja. Cerita nya runtut dan mudah dipahami. Tiap bab nya diisi dengan pendek-pendek sehingga tak akan terasa lelah. Jumlah halamannya pun hanya 300 an yang mana saya selesai hanya dalam sekali duduk.

Adapun sedikit kekurangan yang saya dapat setelah membaca Satin Merah adalah unsur thrillernya yang sangat kurang bahkan nanggung. Misalnya tidak detailnya cara kematian para sastrawan, serta nuansa latar dan suasananya yang saya rasa kurang mencekam. Yang saya lihat justru lebih mengedepankan sisi psikologisnya daripada thriller nya.

Pesan yang hendak disampaikan dalam cerita ini selain kepedulian terhadap budaya lokal, juga tentang pendidikan serta perhatian orang tua terhadap anaknya. Sebagai orang tua, janganlah suka membanding-bandingkan anak nya dengan anak yang lain, meskipun dengan adik/kakak sendiri. Karena hal tersebut dapat memberikan efek negatif terhadap perkembangan mental dan psikologis si anak. Dan akan berbahaya jika dibawa sampai dewasa.

Akhirnya, Satin Merah adalah novel yang cukup berbeda dari yang pernah saya baca. Oh iyaa untuk yang bertanya apa maksud dari kata "Satin Merah" dalam judul cerita ini, kalian bisa baca sendiri saja yaa supaya kalian paham. Untuk skor dari saya kepada Satin Merah adalah 7.8/10. Untuk kalian yang suka novel yang membahas Budaya terutama budaya Sunda, lalu dibumbui dengan unsur misteri dan thriller, kalian harus baca ini. Happy Reading!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun