Judul: Konstantinopel: Misteri dibalik Jari Kelingking yang Hilang
Penulis: Sugha
Penerbit: Diva Press
Jumlah Halaman: 272 hlm
ISBN: 978-602-296-088-1
Sinopsis
"Aku akan membawa kalian semua bersamaku, satu per satu"
Pembunuhan berantai. Tujuh anggota Konstantinopel. Pesan berbahasa Turki. Dan, jari kelingking yang hilang. Bima berpikir keras. Waktu bergerak cepat dan menjadi sangat berharga.Â
Kasus ini menyeret Bima pada serangkaian peristiwa mengerikan. Semua ini harus segera dihentikan sebelum si pembunuh beraksi lagi. Tapi, kenapa mereka diincar? Untuk apa semua kematian ini? Dan yang terpenting...
Siapa berikutnya?
Review Singkat
Saya maju mundur ketika mau baca buku ini, tapi karena memang penasaran dengan isinya, akhirnya dibereskan juga. Sebelum menulis ini, saya sempat membaca review/resensi orang lain untuk menjadi referensi.Â
Ada reviewer yang menyebut bahwa ini adalah debut si penulis (maaf kalo salah). Tapi walaupun begitu, misteri dan teka teki nya sangat diluar ekspektasi. Saya awalnya agak meremehkan karena di bab-bab awal memang sedikit membosankan. Tapi makin ke tengah cerita, teka tekinya mulai menarik dan seru juga.
Cerita berpusat pada Putra Bimasakti, atau yang dipanggil Bima. Ia adalah seorang lulusan Sekolah Tinggi Sandi Negara (STSN) yang baru bekerja sebagai asisten wakil kepala BIN. Bima digambarkan sosok yang memang humoris jika dilihat dari dialog-dialognya. Tetapi kecerdasannya tidak bisa diremehkan. Terbukti ia bisa menyelesaikan teka teki kasus konstantinopel ini.
Konstantinopel disini bukanlah nama Turki pada zaman dulu, tetapi lebih kepada kumpulan tujuh mahasiswa yang pernah berkuliah di Istanbul, Turki.Â
Dimana satu persatu Anggota nya meninggal dibunuh secara berantai dan hanya ada satu kesamaan dari pembunuhan tersebut, yaitu hilangnya jari kelingking korban.Â
Saya tidak terlalu hafal nama-nama korban, tetapi dari penggambaran latar belakang karakter apalagi semuanya memiliki motif "politik" yang kuat, cerita ini jadi makin complicated. Ditambah pada saat itu sedang adanya pemilu presiden RI dan gejolak politik partai yang memanas.
Untuk narasinya menurut saya mudah dipahami apalagi ketika menjelaskan pengungkapan analisis kasus kematian-kematian para korban, itu saya sampai gak bisa berhenti karena penasaran. Tapi disisi lain ada beberapa narasi yang kurang bisa saya nikmati, seperti komedi yang garing, dan gaya bahasa yang terkesan remaja banget.
Buku ini juga berhasil memberikan nuansa thriller meskipun tidak banyak. Sekali lagi saya katakan bahwa misteri dan teka teki nya lah yang paling membuat saya tidak bisa berhenti untuk menyelesaikannya. Ending nya cukup mengejutkan. Plot Twist nya dapet tetapi motif si pelaku kurang kuat, namun tega melakukan pembunuhan secara berantai. Dan lagi lagi saya menemukan cerita yang dimana "pejabat" ikut andil dalam kejahatan.
Hasil akhirnya adalah saya beri rate 6/10. Ringan, memutar otak, seru, dan pastinya bisa menjadi rekomendasi bacaan yang baru buat kalian!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H