Arsitektur bangunan perkumpulan Hwie Tiauw Ka (HTK) di Surabaya merupakan salah satu contoh menarik dari perpaduan antara gaya arsitektur tradisional Tionghoa dan elemen-elemen arsitektur kolonial Belanda. banyak bangunan yang didesain simetris seperti mirror. Pada bagian depan, terlihat jelas panel-panel kayu yang dihiasi dengan ukiran dan kaligrafi Tionghoa yang halus. Ukiran ini menggambarkan berbagai simbol budaya Tionghoa seperti naga, burung phoenix, dan flora. Kaligrafi dengan warna emas di atas latar belakang hitam menunjukkan tulisan yang penuh makna dan nilai budaya. Wajah kanan dan kiri sama, Seperti pintu masuk utama. Selain itu, terdapat ruang terbuka di sisi kanan-kiri, Biasanya disebut sumur langit. Fungsinya untuk penyinaran dan sirkulasi udara. bangunan ini juga memiliki elemen kolonial Belanda, seperti jendela besar dan langit-langit tinggi, yang merupakan adaptasi dari arsitektur kolonial. Jadi, secara alami ruangan itu mendapat penyinaran dan hawa yang baik. tata ruang bangunan biasanya dirancang untuk mendukung fungsi sosial dan keagamaan. Terdapat ruang-ruang besar untuk pertemuan dan kegiatan komunitas, serta ruang-ruang yang lebih kecil untuk sembahyang dan aktivitas keagamaan.