Mohon tunggu...
Alfatah Fajar Noerrohman
Alfatah Fajar Noerrohman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 20107030142

Life is short!

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ekonomi Sulit, Bisnis Online Jadi Solusi di Masa Pandemi

30 Juni 2021   18:02 Diperbarui: 30 Juni 2021   18:10 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa produk di Mira Leather Gold Kerajinan Kulit (Dokpri)

Mira Leather Gold Kerajinan Kulit, adalah sebuah usaha kerajinan kulit yang didirikan oleh Ahmad Nurfian (52) sejak 1994. Usaha berbentuk sebuah toko ini bertempat di Kecamatan Berbah, Sleman, Yogyakarta. 

Nama “Mira” sendiri, diambil dari nama anak sulungnya. Nurfian bukanlah warga asli Yogyakarta, Ia merantau dari tanah kelahirannya di Sumatera Selatan. Setelah menempuh berbagai pekerjaan yang ada untuk menghidupi kehidupannya selama merantau, Ia pun akhirnya tertarik untuk membuka usaha kerajinan kulit ini.

“Awalnya saya bekerja di pabrik kulit. Kalau tidak salah itu sekitar tahun 1989. Setelah dapat berbagai pengalaman di sana, saya ada rasa keinginan untuk mandiri. Kemudian di tahun 1994 saya coba untuk buka usaha sendiri.”

Dalam perjalanannya, awalnya Nurfian berpindah-pindah dalam membuka tokonya. Berawal dari menyewa kontrakan, dan kini Ia membuka tokonya di rumahnya sendiri. Mira Leather Gold Kerajinan Kulit menyediakan berbagai macam kerajinan, mulai dari tas, jaket, dompet, ikat pinggang, topi, dan berbagai kerajinan kulit lainnya. 

Semua produk di tokonya terbuat dari kulit asli. Diantaranya dari kulit sapi, domba, dan ikan pari-pari. Harga yang dipatok untuk setiap produknya pun bervariasi. Produk-produk tersebut mempunyai kisaran harga mulai dari dari Rp. 50.000,00 hingga Rp.1.500.000,00.

Beberapa produk di Mira Leather Gold Kerajinan Kulit (Dokpri)
Beberapa produk di Mira Leather Gold Kerajinan Kulit (Dokpri)

Produk unggulan di toko ini ialah jaket kulitnya. Berbagai jenis jaket kulit mulai dari jaket pria, wanita, bahkan anak-anak pun tersedia. Konsumen yang datang juga dapat melakukan pre-order atau memesan desain kerajinan sesuai keinginan sendiri. Proses pemesanan biasanya memakan waktu kurang lebih selama 1-2 minggu, tergantung pesanan.

“Di sini Jaket yang paling laris. Orang yang datang kesini awalnya akan melihat contoh-contoh jaket yang sudah jadi. Selanjutnya, mereka akan langsung membeli produk yang sudah jadi, atau akan pesan dengan desain, ukuran, dan warna yang diinginkan.”

Beberapa produk di Mira Leather Gold Kerajinan Kulit (Dokpri)
Beberapa produk di Mira Leather Gold Kerajinan Kulit (Dokpri)

Dengan rata-rata omzet yang terlihat cukup menjanjikan dalam satu transaksi produknya, menurutnya hal tersebut bukanlah hasil yang tergolong besar. Menurut Nurfian, dari produk-produk yang cukup bervariasi ini, tidak begitu menarik banyak minat bagi konsumen umum. 

Apalagi dengan harga yang cukup lumayan merogoh kocek, pembeli yang datang pun juga sangat terbatas. Tentu saja jika dibandingkan dengan UMKM lainnya seperti usaha kuliner atau toko kelontong yang notabennya adalah kebutuhan pokok, keuntungan dari usaha kerajinan kulit ini tidaklah tetap.

“Kalau usaha seperti ini kan gak pasti. Kadang sebulan hanya ada 3-4 pesanan. Itupun rata-rata orang yang pesan itu orang yang sudah lama menjadi pelanggan kita, atau konsumen yang memang hobi mengoleksi dan memakai kerajinan berbahan kulit. Kalau dari kalangan umum memang jarang. Satu pembeli saja saya sudah bersyukur.”

Dengan adanya wabah baru COVID-19 yang melanda dunia saat ini, masyarakat pun jarang untuk membeli produk-produk yang bukan menjadi kebutuhan pokok mereka. Alhasil menurunnya minat konsumen tersebut mempengaruhi perekonomian dari Nurfian sendiri. 

Ia pun harus putar otak untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari, serta mencari tambahan uang untuk membiayai sekolah anak-anaknya. Penurunan penjualan ini pun juga mempengaruhi usahanya dalam membayar hutang yang sudah ada.

Kendati demikian, Nurfian tidak tinggal diam. Penurunan penjualan akibat wabah COVID-19 ini membuatnya akhirnya mencoba langkah baru, yaitu dengan berjualan secara online

Sekitar awal April 2021, Ia memulai langkah ini secara perlahan. Dengan menggabungkan teknologi e-commerce yang sudah ada saat ini, Nurfian mulai membuka toko di beberapa platform e-commerce. Tak lupa juga Ia membuat akun sosial media seperti Instagram guna mengenalkan produk-produknya secara efektif ke masyarakat luas.

Dalam mengiklankan produknya di internet, Nurfian tidak sendirian. Ia dibantu oleh anak-anaknya yang cukup mengerti tentang hal yang berbau teknologi.

“Saya rasa kalau belanja online ini makin ramai ya semenjak pandemi. Jadi saya tiba-tiba terpikir untuk membuka toko online juga. Tapi saya ini orangnya gaptek. Untuk menggunakan aplikasi sekelas Facebook saja saya kurang paham. Untungnya anak-anak saya bisa. Jadi saya cukup terbantu juga. Bisa dibilang agak terlambat saya membuka online shop, kenapa gak dari dulu.”

Tampak depan toko (Dokpri)
Tampak depan toko (Dokpri)

Dalam mengiklankan produknya di internet, Nurfian tidak hanya mengutamakan produknya saja, tetapi juga membuat cara agar bagaimana iklan tersebut dapat menarik peminat bagi yang melihatnya. Beberapa aspek juga diperhatikan saat mengiklankan produknya. Mulai dari kualitas foto, pencahayaan, penulisan deskripsi produk, hingga desain grafis pendukung yang menarik.

“Alhamdulillah, gak lama setelah membuka toko online, langsung ada pelanggan pertama. Kemudian secara perlahan konsumen berdatangan. Saya cukup senang dengan adanya e-commerce ini. Lagipula ini kan sedang masa pandemi, jadi dengan sistem online ini kita tidak perlu bertemu dengan konumen secara langsung. Jadi gak perlu capek-capek lagi, bahkan sambil rebahan aja bisa.”

Peningkatan yang dilakukan pada tokonya tidak hanya pada penjualan online saja, tetapi penjualan offline pun juga disempurnakan olehnya. Mulai dari pembaruan papan nama, penambahan fasilitas toko, hingga produk-produk baru telah ditambahkan. Tidak lupa juga Nurfian memperindah tokonya dengan mengganti cat dinding dan menambahkan balutan wallpaper yang menarik. Semua ini dilakukan guna meningkatkan penjualannya selama wabah COVID-19.

Hasilnya, penjualan online pun meningkat. Dengan langkahnya membuka toko online ini, akhirnya ekonomi Nurfian kembali pulih.

Di akhir wawancara, Nurfian bepesan bahwa untuk mencapai kesuksesan tidak ada yang namanya kata terlambat. Di saat orang-orang sudah sukses membuka toko online terlebih dahulu, Nurfian baru saja membukanya dari nol. Namun hal itu Ia buktikan dengan kesuksesannya di masa pandemi ini.

Saya bersama pemilik toko (Dokpri)
Saya bersama pemilik toko (Dokpri)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun