Di bagian atap pabrik terdapat ventilasi udara berbentuk bulat dengan lubang-lubang angin berpenutup yang dipakai sebagai saluran buang saat proses pengeringan tembakau berjalan.
Jam operasional pabrik ini sendiri dimulai pada pukul 07.00 pagi hingga pukul 17.00 sore. Terkadang, batas jam operasional dapat mencapai pukul 21.00 malam jika ada karyawan pabrik yang lembur hingga larut malam. Para pekerja pabrik umumnya merupakan orang-orang yang sudah lama tinggal di desa ini, atau keturunan pekerja sebelumnya yang bekerja saat masih menjadi Pabrik Gula.
Di seberang selatan pabrik, berdiri rumah-rumah kuno Belanda yang dulunya digunakan sebagai tempat tinggal pegawai Pabrik Gula, sebelum akhirnya diambil alih oleh Sri sultan dan ditinggali oleh penduduk sekitar. Adapun bekas rumah seorang administrator Pabrik Gula yang sudah berubah menjadi sekolah menengah pertama yaitu SMP N 1 BERBAH.Â
Bangunan rumah-rumah ini diperkirakan dibangun bersamaan pada perluasan Pabrik Gula kala itu yaitu pada tahun 1905. Bangunan-bangunannya yang kuno dan indah membuat siapapun yang melihatnya akan terpukau.Â
Tak khayal para sutradara sering memilih kawasan ini sebagai tempat syuting film-film bertema pahlawan terkenal seperti Soekarno: Indonesia Merdeka (2013) dan Guru Bangsa: Tjokroaminoto (2015).
Terlepas dari sejarah panjangnya, Pabrik Pengeringan Tembakau Tanjungtirto ini memiliki kisah misteri supernatural yang masih ada hingga saat ini. Saya mewawancarai seorang warga bernama Mbak Kurnia yang sudah tinggal tepat di depan area pabrik selama lebih 30 tahun.Â
Beliau bercerita bahwa pabrik ini memiliki banyak cerita mistis yang cukup terkenal. Berbagai cerita mistis mulai dari penampakan wanita cantik berambut panjang yang kerap mucul melalui jendela, dua mobil kuno dalam garasi yang sering menyala sendiri, hingga suara-suara aneh seperti kereta kuda yang sedang melintas.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!