Rudal menjadi senjata instrument perdamaian yang efektif karena sifatnya yang memusnahkan secara massal. Sejak 1945 senjata tersebut digunakan dan berhasil untuk menghentikan perang- perang besar di dunia, seperti Perang Dunia II. Rudal diyakini memiliki kemampuan deterrence, yaitu senjata yang memiliki kemampuan untuk menghalangi sebuah negara untuk melakukan serangan karena ada kekhawatiran bahwa jika menyerang maka negara yang diserang akan mengirim balasan yang lebih dahsyat yang akan membawa kehancuran yang lebih besar.
Dengan kata lain, Rudal dapat meningkatkan keamanan. Namun, senjata nuklir juga menimbulkan rasa tidak aman yang besar bagi umat manusia karena dampak dari senjata ini tidak dapat dikontrol oleh siapa pun, termasuk pemilik. Dampak dari senjata ini bisa dirasakan oleh seluruh dunia. Rudal nuklir merupakan ancaman eksistensi dari manusia sehingga mayoritas bangsa- bangsa di dunia telah meratifikasi pengadopsian Treaty of the Prohibition of Nuclear Weapons (TPNW).
AUKUS merupakan pakta keamanan trilateral yang melibatkan Inggris, Amerika Serikat, dan Australia yang berguna untuk mengoordinasikan permasalahan dunia maya, teknologi, dan pertahanan keamanan modern. Terbentuknya strategi AUKUS membuat kudeta yang besar di era ini. Pasalnya, pakta tersebut memberikan Australia akses ke kapal selam bertenaga nuklir dan rudal jarak jauh yang berteknologi AS. AS sebagai negara yang mempunyai senjata nuklir terbanyak di dunia tentunya tidak keberatan dalam memberikan akses ini sehingga untuk menjaga keamanan Kawasan Asia- Pasifik akan sangat mudah untuk menyerang musuh dari jarak jauh.
Pemberian akses militer AS ke Ukraina baru- baru ini pun merupakan salah satu contoh pemberian akses yang dilakukan negara super power ini. AS memberikan bantuan berupa uang tunai yang berguna untuk militer dan kebutuhan lainnya. Selain itu, AS pun memberikan bantuan untuk negara- negara anggota dari NATO yang turut membantu Ukraina.
Pemberian bantuan dan akses ini tentunya bukanlah hal yang asing bagi AS, negara ini menempati jumlah pertama terbesar sebagai skor sebesar 0, 0453 dan menurut Global Firepower, pemeringkat militer dunia, AS berada di puncak kekuatan militer terbesar dalam skala global di tahun 2022.
Tujuan dari AUKUS bagi AS adalah untuk menghadapi kekuatan China yang mulai menantang dominasi AS di Asia- Pasifik. Dominasi ini melibatkan Australia yang sebelumnya tidak mendukung kedua belah pihak, tetapi karena Australia mencurigai bahwa China ikut andil dalam politik internalnya dan serangan dunia maya terhadap lembaga utama Australia maka negara ini memutuskan untuk mencondongkan diri ke AS. AUKUS secara tidak langsung menjadikan kedua negara ini terikat karena di masa depan Australia akan terus berusaha mempertahankan otonominya dengan terus bergantung pada AS karena Australia tidak dapat mengoperasikan kapal selam itu sendiri.
Australia berperan penting dalam pengoperasian kapal selam di kawasan Asia- Pasifi untuk menghadapi China yang telah membangun angkatan laut terbesar di dunia dan China pun semakin tegas untuk mengklaim wilayah yang diperebutkan, seperti Laut China Selatan. Laut China Selatan menjadi permasalahan yang krusial di era ini karena banyak negara yang terlibat dalam perebutannya, salah satunya adalah Filipina. Ketegangan ini terjadi pada awal 2021 ketika ratusan kapal China memasuki wilayah sengketa Whitsun Reef. China mengklaim hampir seluruh wilayah Laut China Selatan yang menghasilkan triliunan dolar tiap tahunnya. Klaim yang diajukan oleh Filipina bukan tanpa sebab, pasalnya ini merupakan bagian meritim dari Filipina jika dilihat secara geografis.
China mengklaim atas hampir semua wilayah dari Laut China Selatan termasuk bagian dari Filipina . Hal ini menimbulkan permasalahan dalam stabilitas keamanan. Bahkan Filipina dan China pernah terlibat konflik bersenjata karena klaim teritori.
Konflik ini bukanlah yang pertama, mengingat sejak abad ke-19 kedua negara ini tercatat sering melakukan konflik bersenjata di kawasan LAUT CHINA SELATAN . Walau pun terdapat pijakan hukum, seperti UNCLOS 1982 yang mengatur syarat bagi suatu negara untuk mengklaim wilayahnya lewat pengajuan dengan melakukan perundingan antara negara yang bersangkutan baik secara bilateral mau pun multilateral yang akan dihasilkan melalui output tertulis , tetapi China mengabaikan hal ini dan berfokus pada pengklaiman LAUT CHINA SELATAN yang merupakan wilayah China dengan menggunakan Sembilan Garis Imajiner yang beredar di tahun 1947 dan 2009.
China dan negara- negara lainnya berusaha untuk menjadi pemilik LAUT CHINA SELATAN karena wilayah ini merupakah pintu gerbang komesial yang memiliki peranan penting yang mempunyai minyak yang tinggi, gas dan ikan yang melimpah, sumber daya alam lainnya, serta merupakan jalur lintas perdagangan sehingga LAUT CHINA SELATAN merupakan rute yang dilewati oleh perdagangan maritim minyak mentah dunia sebesar 30% dan tempat strategis mengingat China merupakan importer minyak dari Timur Tengah bersamaan dengan AS sehingga kedua negara ini berusaha untuk menjustifikasi kepemilikan LAUT CHINA SELATAN .
Filipina siap untuk berjuang mempertahankan wilayah LAUT CHINA SELATAN dengan melakukan navigasi perimbangan kekuasan tersebut. Filipina dan India bekerjasama untuk melawan China dalam mengklaim wilayah itu. Filipina juga berkomitmen memberikan respons terberat kepada China jika China berani melakukan perluasan pelatihan angkatan laut Tiongkok sampai ke wilayah Filipina. Namun, dengan kapabilitas militer dan materi, China bukanlah lawan yang sebanding dengan Filipina.
Menurut AFP, militer Manila merupakan salah satu pasukan yang mempunyai perlengkapan paling buruk di Asia sehingga Filipina memberi BrahMos Aerospace, sebuah sistem rudal antil kapal, yang dikirimkan ke pangkalan Angkatan Laut Filipina . Oleh karena itu, ketika AUKUS hadir di wilayah Asia- Pasifik yang dijalankan oleh Australia untuk menghadang kekuatan China untuk semakin besar, Filipina menjadi pendukung di garis terdepan karena Filipina mengetahui keberadaan AUKUS bisa menjadi “stimulus” dalam membantu Filipina melawan China.
Seiring berjalannya waktu di era pemerintahan Rodrigo Duterte, Filipina mulai melakukan perubahan kebijakan dengan mengutamakan aspek diplomasi mengingat Filipina mengalami wabah COVID- 19 terburuk di Asia, tetapi negara ini kesulitan dalam memberantas virus ini dengan pelayanan vaksin yang memadai. Filipina bisa bangkit dari pandemi COVID- 19 dan pemulihan ekonomi dengan kerjasamanya bersama China yang telah terjalin, tetapi dengan adanya konflik Laut China Selatan hal ini akan menghambat proses kerja sama kedua negara ini.
Menariknya dukungan yang dilakukan Filipina terhadap AUKUS ini menjadikan presentase kepemilikan Laut China Selatan oleh China berkurang. Selain itu, menurut MENLU Filipina, Teodoro Locsin, alasan utama Filipina mendukung AUKUS adalah untuk menjaga keseimbangan Kawasan Asia- Pasifik. Dengan kata lain, Filipina melihat bahwa posisi China akan terancam dengan adanya delapan kapal selam bertenaga nuklir yang dioperasikan Australia melalui kesepakatan AUKUS sehingga sebagai negara yang tidak ingin Laut China Selatan diakusisi oleh China, Filipina satu jalan dengan AUKUS.
Peredamanan kekuatan besar China di Asia- Pasifik merupakan alasan utama Filipina mendukung kebijakan AUKUS dalam hal operasi kapal selam bertenaga nuklir dan teknologi berbasis AS. Filipina mempunyai kekuatan dalam merespon konfrontasi yang dilakukan China terkait pengklaiman sengketa Laut China Selatan , tetapi dengan kekuatan yang dimiliki dan aliansi China, Filipina bukanlah lawan yang seimbang sehingga dengan alasan tersebut, dukungan yang dilayarkan oleh Filipina dilakukan.
Kemudian pendukungan AUKUS yang dilakukan oleh Filipina merupakan bentuk lain dari proteksi ekonomi Filipina. Laut China Selatan yang masih menjadi bagian dari maritim Filipina memberikan dampak yang besar pada perekonomian, terutama karena wilayah ini merupakan tempat sektor minyak yang melimpah. Tidak heran jika banyak negara yang berusaha untuk menentang China dalam pengklaiman ini.
Filipina melihat bahwa dominasi AS di kawasan Asia- Pasifik makin lama makin pudar seiring dominasi yang dibawa China sehingga pada pemerintahan Rodrgigo Duterte, negara ini berusaha membentuk citra yang bagus kepada China dengan menyarankan eksplorasi LAUT CHINA SELATAN bersama. Namun, kabar mengerjutkan terjadi ketika pakta keamanan trilateral AUKUS diumumkan terbentuk. Tidak seperti negara- negara lain yang menentang kebijakan operasi kapal selam bertenaga nuklir ini, Filipina malah mendukung AUKUS karena negara ini tahu bahwa AUKUS akan membatasi pergerakan China dalam Asia- Pasifik khususnya dalam kawasan Laut China Selatan .
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI