Mohon tunggu...
Al Faruq
Al Faruq Mohon Tunggu... Freelancer - Lelaki zenit dan nadir dari ujung timur matahari

seorang penikmat kopi, kretek, dan puisi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Daripada Masyumi Reborn kenapa Tidak Serikat Dagang Islam Reborn?

9 November 2020   22:18 Diperbarui: 9 November 2020   22:43 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

DARIPADA MASYUMI REBORN

KENAPA TIDAK SERIKAT DAGANG ISLAM REBORN???

 

Mendengar kata Masyumi pasti semua generasi 45 dan 90-an tahu tentang nama ini (kecuali generasi tiktok.....hihihi becanda) sebab nama Masyumi atau Majelis Asyuro Muslimin Indonesia adalah nama sebuah partai islam terbesar di Indonesia pada masa orde lama atau masa presiden revolusioner; Soekarno. Namun pada akhirnya partai ini di bekukan atau dibubarkan lantaran bersama Partai Sosial Indonesia (PSI) terlibat dalam Pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI), sayang banget ya!

Nah sekarang ada isu kalau sekelompok orang yang bersebarangan dengan pemerintahan (enggak mau sebutin namanya, takut gibah! ) mereka ingin menghidupkan kembali partai Masyumi atau bahasa kerennya Masyumi reborn lantaran katanya partai -- partai islam yang sekarang ini tidak lagi berideologi islam. Dan ternyata pada tanggal 7 november kemarin partai Masyumi sudah dideklarasikan di jakarta pusat, via video konferensi.

Menurut beberapa pengamat politik yang ada di indonesia, partai Masyumi akan mengalami kendala untuk membangun kembali citranya dalam politik sosial umat islam Indonesia sebab ada orang -- orang "bermasalah" di dalam tubuh Masyumi reborn dan juga tantangan terbesarnya adalah umat islam di indonesia lebih memilih partai nasionalis seperti PDI-P, Golkar dan Gerindra walaupun sudah ada partai islam seperti PKB, PAN, PPP, PBB, dan Ummat. Hmmmph...ia juga ya? daripada dirikan lagi satu partai islam mendingan gabungin aja semua partai islam, atau bagaimana cuk? O ia lupa! semua orang punya perut dan kepentingan, jadi pasti akan sulit untuk menyatukan kepentingan yang berbeda -- beda, bisa jadi mustahil ( kata mustahil hanya dari seorang pecundang :D )

Tapi dalam keadaan wabah Covid-19 yang membuat perekonomian Indonesia lumpuh dan rakyat Indonesia makin sengsara, kenapa tidak ada yang mau mendeklarasikan Serikat Dagang Islam reborn? Atau organisasi masyarakat yang bergerak dalam bidang ekonomi dan UMKM untuk umat islam sehingga umat islam bisa terbantukan oleh organisasi semacam itu. nah di sana bisa di bangun dagang tanpa riba dan aturan aturan dagang yang islami lainnya. Apalagi sekarang ada begitu banyak usaha yang fokus memperhatikan keislaman barang dagangannya, mulai dari pakaian, kuliner sampai dengan pariwisata. Sekarang ada dua organisasi yang sudah bergerak dalam bidang pendidikan dari zaman ketika negara api menyerang Indonesia sampai dengan kepemimpinan Hokage Jokowi yaitu Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Jadi kalau bidang politik dan pendidikan sudah ada yang berperan di dalamnya kenapa bidang ekonomi tidak ada yang mau berperan di dalamnya? Padahal ekonomi itu kan sangat penting untuk membangun sebuah peradaban? Tanpa modal mana ada pendidikan? tanpa ada modal mana bisa berdiri partai? Bahkan bangsa indonesia tidak akan merdeka kalau seluruh pemimpin daerah dari Sabang -- Merauke tidak memberikan dukungan modal berupa harta -- harta rakyat Nusantara. Segala yang ingin di lakukan pasti butuh yang namanya modal bukan? Yang namanya modal harus di cari dan harus ada yang ngasih, nah, Serikat Dagang Islam atau organisasi Islam yang berperan dalam bidang ekonomi lah yang bisa menjadi harapan umat islam untuk membangun perekonomian mereka. Jadi  mending bangun dahulu modalnya, kuasai perekonomian masyarakat baru bangun kekuatan politik masyarakat? Bagaimana om? Ini hanya saran saja dari cucu sontoloyo ibu pertiwi. kalau tidak mau ya sudah, tidak apa. Yang penting aku sudah menyampaikan ideku ini, tidak suka silahkan buang di tong sampah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun