3. Faktor Tuntutan.
Sebenarnya jika berbicara mengenai tuntutan, bisa dikaji dari beberapa sisi. Yang pertama mungkin karena mereka sudah di tugaskan, apalagi juga pasti sudah menerima bayaran.Â
Sebab itu tidak peduli melelahkan seperti apapun, mereka harus bertanggung jawab untuk menyelesaikan demi memenuhi rasa tanggung jawab. Jarang sekali yang bisa kabur jika belum benar-benar drop.Â
Ada juga mungkin tuntutan yang lain, misalnya tuntutan dari pihak yang tidak bertanggung jawab agar melakukan kecurangan, (sebab saya sangat percaya bahwa tidak mungkin demokrasi dan politik dilaksanakan dengan seratus persen jujur). Akhirnya jiwa mereka tertekan karena tuntutan demikian, yang mengharuskan mereka melakukan kecurangan.
4. Faktor Kesehatan.
Ada juga yang mungkin sebelumnya memiliki penyakit khusus, yang memaksakan diri untuk bisa berkontribusi demi tugas Negara yang mulia ini. Mungkin saja mereka merasa kuat dan sehat-sehat saja, akan tetapi kondisi tubuh dan kondisi kesehatan siapa yang tahu?
Beberapa faktor tersebut sebenarnya saya rasa masih terlalu sedikit jika untuk menelusuri lagi lebih dalam tentang kejadian ini. Tetapi faktor-faktor tersebut rasanya juga lebih masuk akal daripada hanya sekadar mengatakan bahwa ini semua terjadi karena ketetapan Tuhan dan sudah takdir.
Hasil yang baru saja saya lihat, "Jumlah petugas KPPS yang wafat 380," kata Sekjen KPU Arif Rahman Hakim, dalam keterangannya, Rabu (1/5/2019).Â
Data tersebut per pukul 19.00 WIB. Sementara itu jumlah petugas KPPS yang sakit juga bertambah menjadi 3.192 orang sehingga total petugas yang sakit dan meninggal dunia sebanyak 3.572 orang.
Dari sekian banyaknya korban, apalagi para korban yang memakan nyawa, masih pantaskah kita jika sampai saat ini masih melulu hanya sibuk dengan saling bermusuhan karena berbeda dukungan.Â
Masih pantaskah kita jika sampai saat ini masih saja saling menuduhkan kecurangan. Apapun yang terjadi, dan siapapun nanti yang menduduki kursi jabatan, sudah sepantasnya berpatokan pada tragedi ini. Sudah saatnya kita mengusaikan saling olok, saling serang sana-sini.Â