Sosialisasi Mahasiswa KKN UNS tentang Sampah dan Pembuatan Pupuk Organik di Kelurahan Mojosongo

Mojosongo - Universitas Sebelas Maret Surakarta kembali mengadakan kegiatan KKN Tematik dengan normal setelah 2 tahun melalui masa pandemic yang dilaksanakan secara online dan hybrid. Pada periode Juli-Agustus 2022 kali ini, UNS menerjunkan sebanyak 3.627 mahasiswa untuk mengikuti kegiatan KKN Tematik ini. 

Dan di kelurahan Mojosongo, khususnya di RW09 dijadikan lokasi KKN oleh kelompok 35 yang beranggotakan sebanyak 10 mahasiswa. Kelompok ini menjalankan beberapa Program Kerja (Proker), salah satu diantaranya adalah Sosialisasi Sampah Organik dan Anorganik yang kemudian dilanjutkan dengan pembuatan pupuk organik berbahan dasar sampah-sampah organik di sekitar kita.

Gambar 1.2 kegiatan sosialisasi sampah organik - anorganik (sumber : dokumentasi pribadi)

Dengan pembicara Melia dan Sahda, mahasiswa kkn 35 uns mampu menarik antusias ibu-ibu PKK pada saat pertemuan rutin yang berlokasi di rumah salah satu anggota PKK di RT04 ini. Pembicara menjelaskan macam-macam sampah yang ada di sekitar kita seperti dedaunan yang tergolong pada sampah organik, dan plastik-plastik yang tergolong dalam sampah anorganik. 

Pembicara juga menjelaskan tentang sampah anorganik yang tidak dapat terurai dalam waktu singkat hingga sampah organik yang dapat dimanfaatkan untuk bahan dasar pembuatan pupuk kompos.

Dalam sosialisasi ini terdapat beberapa pertanyaan yang diajukan oleh ibu-ibu PKK, salah satu di antaranya adalah ada ibu yang bertanya apakah kita bisa membuat pupuk kompos secara mandiri. Pertanyaan ini menginspirasi kelompok kkn untuk membuat program kerja Pembuatan Pupuk Kompos Dari Sampah Organik yang di kemudian hari akan dipraktikkan di depan ibu-ibu PKK yang sama. 

Kemudian di tanggal 11 Agustus 2022, kelompok mahasiswa kkn 35 uns merealisasikan program kerja tersebut yang berlokasi di halaman depan salah satu rumah anggota ibu PKK yang berbeda pada saat sosialisasi sebelumnya. Di sini Nabila dengan dibantu Sahda dan Melia mempraktikan dan menjelaskan bagaimana dan apa saja bahan yang dibutuhkan untuk membuat pupuk kompos ini. 

Bahan-bahan penting itu diantaranya adalah sampah organik, seperti daun-daun kering; potongan-potongan sayuran yang tak terpakai; sampah buah-buahan, dan lain sebagainya. 

Adapun bahan pendukungnya berupa cairan EM4 yang berfungsi untuk mengaktifkan bakteri fermentasi yang cara kerjanya mirip seperti ragi pada pembuatan tempe, yang kemudian cairan EM4 ini dicampurkan dengan beberapa mililiter gula jawa / gula aren yang sudah dicairkan dan dicampur dengan air, dan tentu tidak lupa dengan media tanam berupa tanah dan pot untuk membuat dan menyimpan bahan-bahan yang nantinya akan menjadi pupuk kompos. 

Gambar 1.3 pembuatan pupuk kompos berbahan dasar sampah organik (sumber : dokumentasi pribadi)

Urutan pembuatannya adalah dengan memasukkan tanah ke dalam pot hingga terisi 1/4 pot terlebih dahulu, kemudian memasukkan sampah organik yang sudah dikumpulkan di atas tanah yang sudah dimasukkan ke dalam pot tadi. 

Kemudian langkah selanjutnya adalah kembali memasukkan tanah ke atas sampah organik hingga sampahnya tertutup oleh tanah, selanjutnya dimasukkan cairan EM4 yang sudah dicampur dengan cairan gula jawa tadi sebanyak kurang lebih 300ml ke dalam pot. 

Langkah terakhir adalah mengaduk bahan-bahan tadi hingga rata, dan apabila dirasa cairan campuran EM4 dan gula jawa kurang, bisa ditambahkan lagi hingga terlihat merata. Setelah dicampur-campur, maka pot tersebut ditutup dan disimpan ke tempat yang tidak terpapar sinar matahari secara langsung, kemudian tinggal menunggu selama kurang lebih 2 minggu hingga jadi pupuk kompos yang siap pakai.

Dengan adanya serangkaian kegiatan yang telah dilaksanakan kelompok mahasiswa KKN 35 UNS ini, diharapkan upaya mengurangi sampah organik dengan membuatnya sebagai pupuk kompos tidak berhenti di sini saja. Diharapkan, ibu-ibu PKK dapat membuat pupuk kompos sendiri tanpa harus membeli di tempat lain.

Ini juga merupakan upaya untuk mengurangi keberadaan sampah organik yang dapat mungkin dapat mencemari saluran air yang berakibat tersumbatnya saluran air, juga sekaligus memanfaatkan sampah organik yang ada di sekitar lingkungan rumah warga menjadi pupuk yang bermanfaat untuk dijadikan media tanam.