Mohon tunggu...
Achmad faizal
Achmad faizal Mohon Tunggu... -

Sosiologi Universitas Hasanuddin. Dapat berkorespondensi melalui achmadfaizalxxx@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pemuda "Zaman Now", Antara Harapan dan Angan-angan

31 Oktober 2017   10:25 Diperbarui: 31 Oktober 2017   10:36 2943
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Pemuda, Harapan dan Angan-Angan

Sayyidina Ali berkata "didiklah anakmu sesuai zamannya, karena ia tidak hidup dizamanmu". Kalimat itu kiranya sangat relevan untuk dihadiahkan kepada para pemuda kelahiran milenial Abad 21. Sebab membina anak muda hari ini dengan format pendidikan dan pergerakan ala generasi Tan Malaka, Tjokroaminoto dan Soekarno kiranya telah usang. Oleh karena itu, perlu kiranya dirumuskan pola pendidikan dan pergerakan yang lebih segar sesuai dengan kehendak zaman.

Jika pemuda hari ini tidak lagi meyakini dan cenderung antipati terhadap aksi -- aksi demonstrasi yang dinilai konservatif maka dibutuhkan formula aksi yang lebih seksi sebagai alternatif pendekatan untuk memangkas tumpukan persoalan bangsa. Maka tidak heran jika kita menyaksikan kecendrungan pemuda hari ini lebih melirik dan tertarik pada lembaga-lembaga volunteer dan seminar- seminar entrepreneur yang dinilai lebih aplikatif dalam menciptakan perubahan ketimbang menjebakkan diri kedalam kelompok-kelompok diskusi, advokasi dan aksi yang kadang masih dead-lockdi titik penentuan format gerakan.

Entah gejala tersebut ditafsirkan sebagai kemunduran ataukah langkah progresif pemuda hari ini, tetapi demikianlah gejala sosiologis yang dapat disingkap. Kondisi sosial -- budaya yang membentuk pola fikir dan karakter pemuda zaman now yang berbeda dengan kondisi sosial-budaya para pemuda salaf adalah kalimat yang dapat memantik kita untuk melacak akar kejumudan pola gerakan pemuda hari ini.

Selain itu, generasi pemuda hari ini mengalami krisis pemimpin muda untuk dapat dijadikan sebagai role model. Kebanyakan kursi -- kursi kepemimpinan kita masih diisi oleh orang -- orang tua kelahiran orba. Dengan hanya bermodalkan "pengalaman", para orang tua begitu mudahnya memadamkan api semangat para pemuda yang dipundaknya beban bangsa diletakkan. Maka tak perlu risih jika kita begitu mudah mendapati kawula muda yang menjadikan jalan pragmatisme, hedonisme dan narsisme sebagai obat penawar atas krisis tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun