Mohon tunggu...
Hajar Alfarisy
Hajar Alfarisy Mohon Tunggu... Petani - Menulis mengabadikan masa depan

Berjalan dalam kadar mengingat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nainawa, Kota Pengetahuan

28 Desember 2016   22:48 Diperbarui: 28 Desember 2016   23:25 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: rawfoodsos.com

Ditempat ini engkau menyaksikan hal yang berbeda bagaimana seorang pemburu pengetahuan mereka tidak menjadi "tuan yang baik" dari kedai kedai pengetahuan yang mereka miliki. Kenikamatan ide bukanlah engkau sekedar mengetahui selangkah dari itu kau harus melaksanakannya.

Engkau Nainawa harus memahami akhir dari segala pengetahuan adalah melaksanakan pekerjaan itu tanpa alasan apa apa. Alasanmu yang pantas karena engkau itu tak memiliki apa – apa.  Akhir dari perburuan pengetahuan adalah engkau tak punya alasan untuk mencari “kelayakan dirimu”.  Segala jalan itu ujungnya adalah kefakiran tak boleh melewati itu kecuali engkau ingin menjadi orang yang merasa kaya tanpa kekayaan.

"Pengetahuan" yang dimilki oleh seseorang pada dasarnya untuk - mengobati- memperbaiki- menyempurnakan diri manusia. Setiap manusia yang tidak mengamalkan pengetahuannya maka ia sementara membiarkan dirinya dalam hidup derita yang nyata. Manusia tertidur diatas beranda angan - angannya melewatkan masa penyembuhan atas dirinya.

Nainawa, betapa rugi manusia yang memilki obat tetapi ia tidak menggunakkanya..!!!

Peluh keringat menuruni wajah nainawa, sementara andi sekali kali terkesima mendengar arahan guru zen. Nainawa membatin, penngetahuan tanpa kerinduan melakoninya adalah kesia siaan. Di desa lembah suff, yang awam adalah mahluk sederhana yang patuh melaksanakan apa yang ia ketahui dalam kekurangannya. Tetapi di Kota Langu, kota idea  makhluk yang kaya pengetahuan tetapi tak patuh pada kelebihannya.

 Zen tersenyum singkat- Nainawa engkau harus mengerti laku desa di lembah suff itu– menuju laku kota sebagai pemburu rahasia kota idea. Keduanya tak boleh saling meninggalkan. Sejak engkau mengetahui ini engkau akan tahu bahwa orang desa tidaklah awam dari orang kota Langu, kota temapt pengetahuan dipuja. ataupun orang kota idea itu  tak selamanya makhluk rupawan.  Apa yang mesti kau lakukan adalah melihat dirimu sebagai manusia yang paling berdosa atas pengetahuan yang tidak diamalkan.

senja perlahan tiba, cahaya tak mungkin memasuki pagar pagar beton tak berjendela karena tuan rumah tak membuat jalan masuknya cahaya, sebagaimana jiwa tak mungkin menerima apa apa tanpa manusia  membuka jalan jiwanya, Jiwa adalah tempat bersemayamnya kehidupan, didalamnya rindu menyelimuti dirinya dalam selubung rahasia. Kadang ia berdetak tiba – tiba, kadangpula ia bersembunyi selama – lamanya. Dan hanya dalam kesunyian ia terdengar teratur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun