Setahun telah berlalu, ketika Nainawa memilih meneruskan melintasi bebukit lembah suff kampungnya menuju kota Langu . Kota yang dijanjikan sebagai tempat mendidik manusia.
Kota dengan aliran pengetahuan yang menyerap energi orang baik dari desa untuk merubah kehidupannya. Nainawa pula telah mengikuti arus itu, menenggelam diri dalam kota tersebut. Nainawa telah melompati pagar desa, berangkat dengan kegirangan, Ia keluar sebagai anak desa biasa yang sederhana. Nainawa memasuki ruang baru ‘kekayaan ide’ prestise tertinggi dalam kota Langu .
Nainawa kini berada di kota, jauh dari lembah suff. Ia mengingat dikampungnya tak ada buku buku terpajang rapi dimana setiap saat orang bisa membaca sambil meminum kopi. Nainawa menemui kemiskinan dirinya ‘pengetahuan adalah kekayaan’ yang jarang ia temukan di desa lembah suff. Sekali waktu ia berdiskusi dengan sahabatnya bernama andi anak kota yang menggandrungi Filsafat.
Apakah kekayaan itu tanya Nainawa kepada Andi?
Kekayaan itu adalah semakin engkau bertanya untuk mengetahui pengetahuan baru, tak ada perbuatan yang mengantongi predikat yang paling mulia jika tanpa ada pengetahuan benar yang melatarinya. Sebut Andi tersenyum.
Tetapi bagaimana kota ini hidup dalam laku tanya jawab, sementara kehidupan itu bukan sekedar tanya jawab. Menurutku lebih dari itu, seperti yang engkau katakan bahwa perbuatan yang mulia adalah oleh pengetahun yang benar. Tapii kota disini adalah pusat dari perburuan pengetahuan tetapi disini pula kehidupan tak lebih dari itu? Perburuan itu lalu memerangkap pengetahuan dalam kuburan ide” sergah Nainawa agak tersenyum.
Kota Langu memang tak sekedar berpagar tembok. Kota idea dalam kenyataan kini menyerupai penjara kehidupan yang jerujinya adalah pengetahuan yang membentuk ornamen kemegahanya masing masing. Aku menemukan kota ini sebagai olah tanya jawab sekedar itu, terang Nainawa
Sebagai seorang guru sekaligus sahabat, Zen kala itu menjadi pendengar sekaligus pemandu Nainawa dan andi saat berdiskusi.
"Mulanya kau akan menemukan bagaimana kekayaan pengetahuan itu menjadi perburuan ditempat ini. Tetapi perburuan itu jangan kau akhiri sebagai akhir dari ini".
Udara kota memanas, dedaunan kering berjatuhan karena kemarau telah hampir mengakhir kehidupan tumbuhan.
"Di desa lembah suff kampung mu, tak ada hal seperti ini tetapi keheranan adalah milik bagi orang seperti mu. Di tempatmu dulu, lihatlah bagaimana mereka itu melaku diri sebagai tuan yang baik dari "ketidak tahuan" yang mereka alami. Jiwamu telah disederhanakan dalam perasaan melaku diri sebagai tuan penyembah tanpa alasan alasan rasional. Dalam pandang orang orang kota idea disini engkau adalah orang awam. Apakah deritamu disana ?