Mohon tunggu...
Hajar Alfarisy
Hajar Alfarisy Mohon Tunggu... Petani - Menulis mengabadikan masa depan

Berjalan dalam kadar mengingat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dimana Sajadahku Itu

6 Maret 2016   20:18 Diperbarui: 7 Maret 2016   11:17 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kakek Nainawa tersenyum, dahinya yang mengeriput tertarik kencang bersama dengan keningnya keatas. Aku akan menjawabnya dengan pertanyaan padamu

Nainawa, mengapa engkau menangisi ku siang tadi, ? Tanya kakenya

Nainawa “Kerena engkau kakekku, dan aku merasa butuh denganmu sejak aku telah mampu mengerti tentang kasih sayang kakek denganku”.

Nainawa, kenapa engkau tidak bisa tidur saat engkau membaca tulisan sejak kapan engkau memilki sesuatu dibuku dibawah haribaan sang kekasih yang aku titipkan padamu.

aku tak mengerti soal itu kek,

Baiklah semoga engkau mengerti ucap kakenya, “engkau menangisiku karena aku kau anggap sebagai orang yang kau kasihi, menjadi bagian dari dirimu yang penting. Aku bukan milikmu sebenarnya karena aku akan pergi. Masing masing dari kita memiliki diri kita masing masing, tangisilah dirimu sebelum pergi seperti diriku, sebab kita ini tak memiliki apa apa. kau menduga memiliki kakekmu ini hanya sebatas didunia ini. bangunkanlah dirimu didunia ini, engkau tak memiliki apa apa, bedoalah dengan ini sebab itu engkau pantas untuk memita, itu saja pesanku.

Nainawa terbangun tiba tiba --- ia lalu berjalan dalam kegelapan malam, tangannya meraba raba, seperti orang buta yang kehilangan tongkat yang sebentar lagi menemui jurang yang ada dihadapannya.

Dimana sajadahku itu, bisiknya pelan, air mata menuruni cekungan matanya. Ia masih ingat dimana sajadah lama ia simpan meskipun matanya tak melihat ia berjalan dalam tuntunan jiwanya. lalu ia menyepi dalam kesunyian malam. menghiba dalam munajatnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun