Kaltara, yaitu gempa 7 SR yang berpotensi tsunami.Â
Koran lokal Tarakan kemarin (7/12/2022) memberitakan tentang musibah yang mengancamTentu saja hal ini membuat warga Kaltara khususnya Tarakan panik dan waspada. Bagaimana tidak panik karena Tarakan adalah pulau kecil yang dikelilingi laut. Tak heran jika status facebook dan media sosial lainnya warga Tarakan banyak yang berisi tentang berita tersebut.
Kepala Stasiun Metereologi Kelas III Juwata Tarakan mengatakan bahwa dia tidak sedang menakut-nakuti, masyarakat dan pemerintah memang harus waspada karena faktanya Tarakan memiliki sesar Tarakan atau lempeng yang menyimpan potensi gempa sebesar 7 SR yang dapat menimbulkan dampak lain seperti tsunami dan longsor.
Musibah yang biasanya terjadi di Tarakan adalah banjir ketika hujan turun deras dalam jangka waktu lama dan kadang disertai longsor pada lokasi tertentu yang memang rawan longsor.Â
Menanggapi berita tersebut, warga Tarakan memang harus siaga bencana karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi nanti. Apalagi musibah terjadi tanpa bisa diprediksi, yang seringkali datang pada waktu yang tidak diduga seperti malam atau dini hari.
Gempa yang lumayan besar pernah dirasakan warga Tarakan pada bulan Desember 2015 yaitu 6,1 SR yang mengakibatkan kerusakan bangunan pada daerah tertentu yang berpotensi longsor.
Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan mulai hari ini agar memiliki kesiapan dan selalu siaga untuk menghadapi bencana :
1. Â Tidur berpakaian yang benar (lengkap), jangan hanya memakai sarung, apalagi perempuan
Jadi kalau sewaktu-waktu terjadi bencana kita langsung bisa menyelamatkan diri tanpa harus memakai pakaian yang benar atau lengkap terlebih dahulu yang itu tentunya membutuhkan waktu yang tidak sedikit.Â
Dan untuk perempuan muslim, selalu siapkan jilbab di tempat yang mudah dijangkau sehingga saat akan keluar rumah bisa cepat memakai jilbabnya.
2. Â Baterai handphone selalu terisi cukup
Kalau sewaktu-waktu terjadi bencana kita tidak perlu kebingungan lagi dalam hal komunikasi karena baterai handphone selalu terisi cukup. Tentunya kita perlu memberi kabar atau informasi kepada keluarga yang berada di luar kota agar mereka tidak khawatir.
3. Jangan kunci pintu kamar
Kondisi kamar yang tidak terkunci membuat kita lebih mudah saat ingin keluar rumah untuk menyelamatkan diri. Atau misalnya kita tidak terbangun ketika musibah terjadi pada malam atau dini hari, anggota keluarga yang lain bisa membangunkan kita dengan mudah.
4. Â Jangan tidur sambil pakai headset
Ada beberapa orang yang tidur sambil memakai headset. Mungkin mereka mendengarkan musik atau yang lain saat menjelang tidur. Atau ada yang sengaja memakai headset agar bisa tidur nyenyak tanpa terganggu dengan suara-suara lain.Â
Berkaitan dengan siaga bencana, memakai headset sambil tidur tidak dianjurkan agar saat terjadi sesuatu dan ada suara peringatan kita bisa langsung terbangun dan menyelamatkan diri.
5. Â Handphone, laptop, jam tangan, dompet atau barang berharga lainnya dan dokumen penting diletakkan pada satu tempat yang mudah dapat segera diambil
6. Â Mobil dan motor selalu diparkir dengan kepala menghadap keluar
Hal ini memudahkan kita saat ingin pergi ke tempat evakuasi dan tidak perlu lagi memutar posisi kendaraan yang tentunya membutuhkan waktu.
7. Â Simpan kunci motor dan mobil di satu tempat yang mudah diambil
Tidak jarang saat ingin keluar rumah kita harus mencari-cari kunci terlebih dahulu. Hal itu disebabkan karena kunci ditaruh di tempat sembarangan atau di tempat yang susah dijangkau.Â
Dengan menyimpan kunci motor atau mobil di tempat yang mudah diambil akan mempercepat langkah kita saat ingin keluar rumah menuju tempat evakuasi.
8. Â Terdapat pakaian yang cukup untuk 2-3 hari, terlipat rapi, termasuk pakaian dalam dan lainnya
Dalam hal siaga bencana, kita perlu menyiapkan pakaian dan kebutuhan penting lainnya yang cukup untuk kira-kira 3 hari yang sudah disusun rapi dalam tas. Seandainya bencana tersebut terjadi kita tidak kebingungan mencari pakaian saat di tempat evakuasi.
9. Â Memohon perlindungan dan keselamatan
Kita sebagai manusia hanya bisa berusaha dan berdoa. Setelah usaha-usaha yang dilakukan serta doa kepada Yang Maha Kuasa untuk memohon perlindungan dan keselamatan, hal terakhir yang kita lakukan adalah pasrah.Â
Kita pasrahkan semuanya kepada Sang Pencipta, karena apapun yang terjadi kepada kita sudah tertulis dalam Lauhul Mahfuz
Itulah beberapa hal yang bisa kita lakukan agar selalu siaga saat menghadapi bencana. Semoga kita senantiasa dalam lindungan Allah SWT.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H