Mohon tunggu...
Alfarisma Melandika
Alfarisma Melandika Mohon Tunggu... Lainnya - Pecinta kopi, coklat, hujan, dan senja

Terus belajar dan tidak berhenti belajar karena hidup tidak pernah berhenti mengajarkan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pelita dalam Kelam

21 November 2022   08:00 Diperbarui: 21 November 2022   08:05 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adalah dia yang telah patah kepak sayap tangguhnya
Terperangkap dalam lorong gelap
Terseok-seok susuri kerikil tajam
Tertatih-tatih daki jalan terjal nan curam
Demi secercah cahaya dalam kelam

Dia marah pada kesewenang-wenangan
Yang membiarkan lelah menyerah
Yang telah menggerogoti segenggam kepedulian
Hingga lenyap seiring terbangnya empati
Sesekali, dilampiaskannya pada yang tidak berdosa

Dia kecewa pada ketidakadilan yang menari-nari di atas perbedaan
Yang membiarkan sunyi sendiri
Pelan tapi pasti terbentang jurang perbedaan
Runtuhkan dinding ketulusan
Sesekali, diluapkannya bersama derasnya hujan

Dia terus menggapai secercah cahaya dalam kelam
Tak dihiraukannya hakim-hakim yang mengadili
Walaupun bukan malaikat tak bersayap
Dia hanya ingin menjadi pelita dalam kelam

Baca juga: Cerita Siang Ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Baca juga: Rindu dalam Doa

Baca juga: Pentas Burung Gagak

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun