Literasi Sekolah (GLS) yang merupakan salah satu program SMP Negeri 9 Tarakan adalah sebuah gerakan dalam upaya menumbuhkan budi pekerti siswa yang bertujuan agar siswa memiliki budaya membaca dan menulis sehingga tercipta pembelajaran sepanjang hayat. Gerakan Literasi Sekolah ini merupakan gerakan inovasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dalam mewujudkan generasi yang literat yang implementasinya tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015.
GerakanBeberapa kegiatan di SMP Negeri 9 Tarakan dalam rangka mewujudkan Gerakan Literasi Sekolah adalah:
- pembuatan pojok baca pada tiap kelas
- pembuatan mading kelas dan sekolah
- adanya ekstrakurikuler mading, jurnalistik, desain poster, Karya Ilmiah Remaja (KIR), English Club, dan Japanese Club
- mengadakan lomba yang berhubungan dengan literasi seperti baca puisi, pidato, story telling, menulis puisi, membuat poster, dan sebagainya Â
- mengadakan pensi setiap bulan, selain seni ada juga literasinya pada kegiatan tersebut karena banyak siswa yang menampilkan baca puisi atau pidato baik itu menggunakan naskah orang lain ataupun naskah yang dibuat sendiri oleh oleh siswa
- kampanye kunjungan ke perpustakaan
- menambah koleksi buku perpustakaan baik fiksi maupun nonfiksi setiap tahun
Selain kegiatan yang diadakan oleh sekolah, literasi juga diterapkan pada berbagai mata pelajaran seperti memberi tugas membaca buku dan membuat resensi, presentasi di depan kelas, membuat video tentang materi tertentu, dan lain-lain. Bahkan ada beberapa guru dan tenaga kependidikan yang sudah menerbitkan buku untuk mendukung Gerakan Literasi Sekolah ini dan memberikan motivasi kepada siswa dan guru yang lain untuk menulis.
Dalam rangka memperingati Hari Peduli Sampah Nasional yang diperingati setiap tanggal 21 Februari, SMP Negeri 9 Tarakan mengadakan lomba membuat pojok baca dengan memanfaatkan sampah bagi setiap kelas. Kegiatan tersebut merupakan perwujudan dari Gerakan Literasi Sekolah dan Adiwiyata, kebetulan SMP Negeri 9 Tarakan juga merupakan Sekolah Adiwiyata. Dengan adanya pojok baca di tiap kelas, diharapkan dapat meningkatkan minat baca siswa. Siswa bisa membaca buku selain buku pelajaran kapan saja di dalam kelasnya seperti pada waktu jam istirahat, pergantian pelajaran, sebelum pelajaran dimulai, atau saat jam kosong.
Dengan membuat pojok baca dari sampah, diharapkan siswa memiliki rasa kepedulian terhadap sampah dengan mendaur ulang sampah atau memanfaatkannya menjadi produk lain. Di sini siswa bisa berkreasi dan berinovasi dengan sampah-sampah yang ada di lingkungan sekolah atau di rumah dengan membuat pojok baca semenarik mungkin. Beberapa sampah yang didaur ulang siswa di antaranya botol plastik bekas, gelas plastik bekas, koran, kertas bekas, sedotan bekas, ranting pohon, kain perca, dan sebagainya. Dengan mendaur ulang sampah berarti siswa sudah turut berpastisipasi aktif dalam mengurangi jumlah sampah.
Selain pojok baca, contoh lain kolaborasi antara literasi dan sampah adalah pembuatan mading dari sampah. Ini adalah beberapa contoh mading yang dibuat oleh siswa SMTI Yogyakarta dengan memanfaatkan sampah.
Dengan membuat mading, bakat dan minat siswa dalam menulis baik fiksi maupun nonfiksi dan menggambar bisa tersalurkan serta dibaca oleh semua warga sekolah. Itulah beberapa contoh kegiatan literasi yang peduli dengan sampah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H