Mohon tunggu...
Alfarisma Melandika
Alfarisma Melandika Mohon Tunggu... Lainnya - Pecinta kopi, coklat, hujan, dan senja

Terus belajar dan tidak berhenti belajar karena hidup tidak pernah berhenti mengajarkan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pahlawanku

10 November 2022   19:23 Diperbarui: 10 November 2022   19:46 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Merah itu darah
Yang mengucur dari ragamu, pahlawanku
Luka itu perih
Melihat bumi pertiwi tertindas
Kobar itu api
Seperti semangatmu yang membara dalam dada

Pagi itu,
Takbir berkumandang di penjuru sudut kota
Hanya bersenjata pisau belati
Kau serang tank-tank Sherman
Pantang menyerah melawan serangan Sekutu
dari darat, laut, dan udara
Walau darah menetes tiada henti
Ribuan nyawa melayang
Semangatmu tetap berkobar

Seorang pemuda bersenjata mikrofon
Terus membakar semangat tempur
Memantik keberanian melawan tentara asing
Pertahankan kemerdekaan

Tujuh puluh tujuh tahun telah berlalu
Kini, kami hanya bisa mengenang jasamu
Melanjutkan perjuanganmu
Sebagai generasi penerus bangsa
Demi senyum Ibu Pertiwi

Baca juga: Sepuntung Rokok

Tarakan, 10 November 2022

Baca juga: Kini Tak Lagi Sama

Baca juga: Ketika Alam Murka

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun