Jembatan Gantung Antasan Pulau Bromo merupakan sebuah jembatan yang menghubungkan antara kecamatan Mantuil dengan sebuah delta yang dikenal dengan sebutan Pulau Bromo.Â
Memiliki konstruksi unik memutar seperti Roaller Coaster, jembatan ini menjadi salah satu ikon kota Banjarmasin khususnya kecamatan Banjarmasin Selatan dan diproyeksikan untuk menjadi wilayah ekowisata.Â
Jembatan ini dibangun pada pertengahan tahun 2020 dan diresmikan pada bulan Januari 2021 oleh walikota Banjarmasin. Sebelum adanya jembatan ini, penduduk harus menggunakan ferry penyeberangan untuk mencapai wilayah pulau Bromo atau sebaliknya. Pulau Bromo sendiri berada diantara dua sungai yaitu sungai Martapura di sebelah selatan dan sungai Barito yang berada di sebelah utara.
Pulau Bromo pada awalnya merupakan sebuah kompleks perusahaan Plywood PT. Austral Byna akan tetapi saat ini perusahaan tersebut tidak beroperasi lagi, tersisa hanya mess para mantan karyawan dan tiga buah sekolah yaitu TK Austral Byna, SD Austral Byna, MTs Byna Taqwa serta sebuah masjid yaitu Masjid Byna Taqwa.Â
Mayoritas masyarakat pulau Bromo merupakan masyarakat Banjar dan transmigran dari Jawa yang dahulu merupakan karyawan perusahaan Plywood PT. Austral Byna, namun saat ini masyarakat sekitar beralih profesi menjadi petani dan nelayan. Lokasinya yang berada jauh dari kota Banjarmasin menjadikan wilayah ini sedikit terpinggirkan.Â
Kehidupan masyarakat disini cukup berbeda jika dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di pusat kota Banjarmasin dan sekitarnya khususnya mengenai kemudahan akses yang diberikan.
Salah satu permasalahan masyarakat pulau Bromo adalah mengenai akses jalan. Wilayah ini hanya memiliki satu akses jalan untuk menyeberang ke daerah lain berupa jalan titian kayu.Â
Jalan titian ini memiliki panjang kurang lebih 500 meter yang hanya bisa dilewati oleh satu kendaraan roda dua. Pada musim kemarau jalan ini cukup rawan dilalui terlebih musim penghujan seperti saat ini jalan akan menjadi licin sehingga mengakibatkan pengendara rawan tergelincir terutama mereka yang baru pertama kali datang ke pulau ini dan belum paham medan jalannya.
Warga pulau Bromo sudah biasa dengan keadaan seperti ini selama kurang lebih 30 tahun. Karena sering dilewati menjadikan titian ini berkali-kali rusak dan berlubang. Untuk mengatasi  kendala tersebut setiap bulannya masyarakat melakukan iuran perbaikan jalan berupa pembelian dan pemasangan kayu ulin, bahkan beberapa waktu lalu masyarakat mengadakan sumbangan untuk mendapatkan dana tambahan. Selain di wilayah Ujung Benteng masalah akses jalan wilayah ini juga menimpa warga masyarakat Tanjung Baru yang berada di ujung pulau ini.
Dibalik keindahan jembatan pulau Bromo dan keunikannya ternyata tersimpan sebuah kisah masyarakatnya. Keindahan itu tidak selalu bisa dinikmati ketika ada yang tertinggal. Seperti masyarakat pulau Bromo, mereka bersyukur karena dengan adanya jembatan mereka tidak perlu lagi menyeberang menggunakan ferry penyebrangan kalau menuju ke kota Banjarmasin. Sayangnya, itu tidak dibarengi dengan infrastruktur yang memadai untuk masyarakat sekitarnya, akses jalan titian juga terkadang menghambat perjalanan ketika menuju ke pusat kesehatan terdekat seperti RSUD Sultan Suriansyah. Semoga kedepannya pihak-pihak terkait dapat memberikan fasilitas bagi masyarakat pulau Bromo sehingga wilayah yang berada di ujung selatan kota Banjarmasin ini tidak lagi terkesan di anak tirikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H