Mohon tunggu...
Ahmad Alfariqi
Ahmad Alfariqi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa UIN Antasari Banjarmasin yang memiliki kesukaan terhadap konten traveling - Pecinta fotografi - Pegiat Pers - Demisioner Lembaga Pers Mahasiswa SUKMA UIN Antasari Banjarmasin

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memaknai Maulid Nabi Muhammad SAW Menurut Saya

10 Oktober 2022   05:15 Diperbarui: 10 Oktober 2022   06:15 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Designed by Ahmad Alfariqi

Rabiul Awal adalah nama bulan ketiga dalam penanggalan Hijriyah. Bagi umat Islam bulan ini merupakan salah satu bulan yang istimewa, karena pada hari ini lahir manusia paling sempurna di dunia yakni Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam.

Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam lahir pada tanggal 12 Rabiul Awwal tahun Gajah atau bertepatan dengan tanggal 20 April 571 M. Dinamakan tahun Gajah karena pada waktu itu bertepatan dengan penyerangan pasukan raja Abrahah dari Yaman ke Ka'bah dengan maembawa bala tentara Gajah. Pada masa tersebut juga belum tercipta almanak atau kalender Hijriyah, sehingga masyarakat Arab menentukan tahun dengan kejadian besar pada waktu itu.

Nabi Muhammad lahir dalam keadaan Yatim karena Ayahnya Abdullah binti Abdul Muthalib wafat saat usia kandungan Aminah berumur 6 bulan. Pada umur 6 tahun, Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam ditinggal wafat ibunya Aminah binti Wahab pada saat perjalanan pulang dari Madinah. 

Setelah ibunya wafat, Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam dirawat oleh kakeknya Abdul Muthalib bin Abd Manaf. Tidak lama kemudian, tepatnya pada saat Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam berumur 8 tahun kakek beliau wafat, dan sebagai penerusnya beliau dirawat oleh pamannya Abu Thalib bin Abdul Muthalib.

Saat dirawat oleh pamannya Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi mempelajari banyak hal salah satunya adalah perniagaan. Pada saat berdagang inilah Nabi Muhammad bertemu dengan Khadijah binti Khuwailid yang kelak akan menjadi istri serta pendukung dakwah Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam yang setia.

Pada bulan Rabiul Awal salah satu yang biasa dilaksanakan oleh umat Islam adalah perayaan maulid Nabi Muhammad. Maulid secara bahasa diartikan sebagai kelahiran, oleh karena itu Maulid bisa diartikan sebagai hari peringatan kelahiran Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam. 

Beberapa tradisi di Nusantara yang digunakan untuk mengekspresikan perayaan maulid adalah tradisi Grebek Maulud yang dilaksanakan oleh kesultanan Mataram Islam atau Kesultanan Yogyakarta. 

Selain itu ada juga yang merayakan dengan menggelar acara shalawat bersama sebagai tanda bukti cinta kepada Nabi Muhammad Shallahu 'Alaihi Wassalam, serta pengajian.

Para ulama berbeda pendapat mengenai awal mula perayaan maulid Nabi. Al-Maqrizy dalam kitabnya al-Khathat menjelaskan bahwa perayaan maulid dimulai saat masa Daulah Fatimiyah Syiah di Mesir. 

Dikutip dari situs NU Online dituliskan bahwa perayaan Maulid Nabi sudah dilakukan oleh masyarakat Muslim sejak tahun kedua hijriyah. Pendapat tersebut merujuk pada Nuruddin Ali dalam kitabnya Wafa'ul Wafa bi Akhbar Darul Mustafa. 

Dalam catatan tersebut dijelaskan bahwa seorang bernama Khaizuran yang merupakan ibu dari Amirul Mukminin Musa al-Hadi dan al-Rasyid datang ke Madinah dan memerintahkan penduduk mengadakan perayaan kelahiran Nabi Muhammad di Masjid Nabawi. Sumber lain mengatakan bahwa Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi adalah orang yang pertama kali mengadakan Maulid Nabi. 

Tujuan Shalahuddin membuat perayaan maulid tersebut adalah untuk  kembali menumbuhkan semangat berjihad dalam membela Islam pada masa Perang Salib.

Mengenai perayaan maulid, saya mengambil pendapat dari Fatwa Tarjih Muhammadiyah yang mengatakan bahwa perkara Maulid Nabi adalah perkara ijtidaiyah dan tidak ada kewajiban sekaligus tidak ada larangan untuk melaksanakannya. 

Apabila di suatu masyarakat Muslim memandang perlu menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW tersebut, yang perlu diperhatikan adalah agar jangan sampai melakukan perbuatan yang dilarang serta harus atas dasar kemaslahatan.

Sehingga dalam pandangan saya perayaan Maulid tidak mesti harus dengan melaksanakan kegiatan shalawat al-Barzanji secara bersama-sama atau beramai-ramai seperti yang sering dilakukan di beberapa wilayah Nusantara. Bagi saya bukan hanya sekedar itu saja esensi dari Maulid.

Makna Maulid Nabi Muhammad SAW. bagi saya adalah dengan meneladani dan mengikuti jejak langkah Rasulullah SAW. dalam kehidupan sehari-hari. Kita tahu bahwa Rasulullah SAW. adalah suri tauladan yang terbaik bagi umat ini, seperti yang termaktub dalam Surat Al-Ahzab ayat 21 yang artinya "Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah suri tauladan yang baik bagimu".

Generasi muda Islam saat ini khususnya generasi Z yang lahir antara tahun 1996-2012 hampir kehilangan jati diri mereka sebagai seorang Muslim, walaupun tidak semuanya. Hal itu bisa dilihat di beberapa media sosial, mereka yang mengaku muslim tapi ketika di tes mengaji tidak bisa. 

Ditambah dengan perkembangan teknologi saat ini dimana akses media sangat mudah dilakukan oleh siapa saja bahkan oleh anak-anak. Tidak heran jika sekarang banyak anak yang sudah berpacaran pada umur belia bahkan terkadang kelewat batas. Kerusakan moral yang terjadi saat ini merupakan salah satu akibat dari salahnya pergaulan serta salah dalam memilih idola. 

Pada dasarnya kita boleh mengidolakan siapa saja, tapi yang harus pertama kita idolakan adalah Rasulullah SAW karena beliau adalah manusia paling sempurna di alam semesta baik akhlak maupun perangainya.

Memaknai dan merayakan Maulid untuk menumbuhkan cinta terhadap Rasulullah SAW. bukan hanya dengan ikut bershalawat dalam acara-acara yang bertajuk "Bershalawat Bersama". Hal terpenting dalam menumbuhkan rasa cinta adalah dengan mengenal Nabi Muhammad sebagai idola. 

Kita ambil contoh, jika mengidolakan seorang artis seperti Ariel "NOAH" maka seseorang akan senantiasa mengikutinya dan menggali informasi walau hanya sekedar untuk mengetahui kegiatan kesehariannya. Begitu juga ketika suka terhadap lawan jenis dan kita berkeinginan untuk menikahinya. 

Pastinya pertama-tama kita akan mencari tahu siapa orang tuanya, dimana rumahnya, apakah dia sudah punya calon atau belum. Semakin kita mengenal maka tanpa disadari akan menumbuhan rasa cinta dan memantapkan hati kita

Lalu, bagaimana cara kita untuk bisa mengenal dan menumbuhkan rasa cinta terhadap Rasulullah SAW?. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan membaca perjalanan hidup beliau melalui buku atau mendengarkan Sirah Nabawiyah dalam platform-platform media sosial. 

Yakinlah, ketika kita telah mengenal Rasulullah SAW. dengan dalam maka secara otomatis rasa cinta itu tumbuh, ketika rasa cinta itu telah tumbuh maka yang perlu kita lakukan adalah senantiasa Istiqamah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun