Tema keparan kelincinya sendiri masih tetap menerapkan Rumah Hobbits. Rumah hobbit identik dengan makhluk kecil. Anak-anak banyak yang suka bermain dengan kelinci.
Selain itu, kelinci sangat cocok jika diletakkan ke dalam area kampung hobbits. Memang Hendro bisa membuat kandang lain.
Tapi, menurutnya tidak berdaya tarik. Rumah-rumah kecil hobbits itulah yang menurutnya paling cocok dengan anak-anak serta kelinci.
"Di sana (Keparan kelinci baru berkonsep hobbits) masih ada bagian-bagian rumah yang belum sempat kita bawa. Proses penyempurnaan di sana cukup menguras tenaga. Kami mesti menggali tanah cukup dalam untuk menanam rumah-rumahan hobbit supaya kokoh. Karena kalau tidak begitu, ya namanya anak-anak pasti naik-naik maka akan rusak dan itu tidak bisa disalahkan, namanya anak-anak apalagi pengunjung," ujarnya.
Tidak mengenal kata takut. Itulah prinsip Hendro. Saya bertanya kepadanya tentang kekhawatirannya jika anak-anak justru merusak tanaman yang ia rawat dan pelihara. Sebagai enterpreuner, dia pun santai menjawab.
"Ya tidak. Karena kita kan sudah memikirkan terlebih dahulu jenis apa yang akan kita tanam di keparan kelinci. Jenisnya tanaman yang bisa dimakan kelinci dan yang pertumbuhannya cepet. Untuk jenis tanamannya sendiri kacang-kacangan dan rumput kacang-kacangan," jawabnya.
Selain keparan kelinci dan rumah hobbit, Hendro pun menyempurnakan taman yang berisi penuh tanaman. Celosia di taman Umbul Helau sempat gagal semai karena curah hujan yang tinggi dan angin kencang.
"Hampir semua bunga suka dengan cuaca kemarau atau panas. Kalau hujan dan angin kencang pada rubuh karena batangnya enggak kuat menahan power angin," jelasnya.
Mau tidak mau dan karena demi konsep yang baru maka Hendro dan tim yang lain bekerjasama untuk mencabut beberapa bibit celosia dan menggantikan dengan yang baru. Selain itu, menanam bunga miana sebagai pendamping dari cerahnya jengger ayam.