Selain jembatan yang tadi menjadi spot foto pertama Husni, Bukit Sakura memiliki spot foto lain yang tidak kalah menarik dari jembatan berwarna kuning. Di halaman atas, ada juga spot foto yang terbuat dari kayu dan akar gantung. Spot foto ini nyaris berbentuk love. Dari sana, terlihat pemandangan kota Bandarlampung serta hijaunya bukit-bukit di sekitarnya. Selain itu, terlihat juga halaman tengah dan halaman bawah Bukit Sakura yang luas.
Lalu, jika lelah dan ingin tidur-tiduran sejenak sembari menikmati angin sepoi-sepoi ala perbukitan, bagaimana? Apakah bisa?
Jangan khawatir. Bukit sakura menyediakan pondok yang bisa digunakan untuk 3 hingga 4 orang.
Bayar tidak untuk menikmati fasilitas itu? Pengelola Bukit Sakura sengaja menggratiskan fasilitas pondok khusus untuk masyarakat yang ingin menikmati alam perbukitan dan suasana tradisional Indonesia, Jepang, Korea dan Belanda.
Pondok-pondokan Bukit Sakura tersebar di berbagai tempat. Di halaman atas ada, di halaman tengah ada dan di bagian bawah pun ada.
Â
Pengunjung pun diperbolehkan jika ada yang membawa makanan. Tapi, makannya di halaman bawah. Di sana, halamannya luas. Selain itu, terdapat wahana bermain anak. Wahana di halaman bawah, ada rumah-rumahan jamur, ada air mancur, ada taman bunga dan ada jembatan di atas kolam air.
Berapa anak berusia lima hingga sepuluh tahun senang sekali bisa bermain lari-larian di halaman bawah Bukit Sakura yang luas. Orang tua pun tidak khawatir. Pengelola sudah memagari tiap sisi lokasi wisata di halaman paling bawah Bukit Sakura. Tujuannya hanya satu, yaitu menjaga keselamatan pengunjung.
Kalau pengunjung lupa membawa minum pun, pengelola sudah menyediakan outlet yang menjual es dawet dan obaba. Obaba adalah minuman Taiwan yang terkenal di Korea. Selain itu, pengelola pun menyediakan tempat untuk menikmati minuman yang terbuat dari tapioka itu.
Untuk halaman atau bagian tengah Bukit Sakura pun tidak kalah menarik. Dari sini, pengunjung bisa menyaksikan indahnya warna-warni bagian bawah destinasi wisata ini. Terlihat jelas keindahan rumah-rumahan jamur yang berpadu dengan warna hijau daun dan permukaan air dari kolam ikan.
Selain itu, di bagian tengah Bukit Sakura ada kincir angin seperti di Belanda. Di sisi kincir angin, pengunjung bisa berfoto. Ada juga beberapa pengunjung yang berfoto menggunakan kostum jepang. Selain itu, karena bagian tengah ini memiliki jalan yang menyerupai gang yang terdapat seperti gapura khas desa di Jepang, ada pengunjung yang tik-tokan lho.
Terbentuk karena Komentar dari Masyarakat Sekitar
Kalau ada yang mengatakan destinasi wisata Bukit Sakura Keren, ya sudah pasti. Tapi, Bukit Sakura tidak mungkin dikunjungi Husni Husen dari Sangatta Bontang, Kalimantan Timur, jika pemilik tempat ini tidak mendengarkan masyarakat sekitar.