1. Cover
Untuk Cover terlihat sangat pas dengan setting dan latar cerita yaitu Edinburgh. Gambar cover merupakan bangunan The University of Edinburgh tempat Fahri mengajar. Walaupun sebenarnya cover tak telalu berpengaruh bagi para pecinta novel. Namun bagi saya karena cover merupakan bagian depan novel, maka harus selalu menarik pembaca agar penasaran dengan isi buku.
2. Tema
Untuk tema yang diangkat oleh Kang Abik pada novel ayat-ayat cinta 2 ini sangat relevan dengan kondisi umat Islam sekarang. Yaitu Islam sebagai agama yang damai sekaligus rahmatan lil alamin (rahmat bagi seluruh alam). Dimana umat Islam ditakuti oleh negara barat dengan isu terorismenya. Tema ini juga menyambung dengan cerita Fahri, dimana ia tinggal di negara Eropa (Edinburgh) dan hidup bertoleransi dengan tetangga yang memiliki agama berbeda, bahkan membenci Islam. Walaupun sebelumnya Kang Abik pernah mengangkat tema serupa di novelnya Bumi Cinta, namun di Ayat-Ayat Cinta 2 ini semakin berbobot dan relevan dengan keadaan sekarang.
“Jangan mengumpat begitu, paman! Kita belum tahu apa yang menjadi sebab Keira sampai sedemikian membenci kita. Apakah kita punya salah kepadanya? Apakah karena informasi tidak benar yang ia terima tentang Islam dan umat Islam? Kebencian itu tidak perlu kita sikapi dengan kebencian yang sama. Kita harus tunjukkan dengan bukti yang nyata bahwa kita jauh dari yang dia sangka.”(hal. 158)
“Dalam catatan sejarah, orang yang masuk Islam karena kelembutan budi itu jauh lebih banyak dibandingkan karena peperangan. Terbukanya kota Makkah dan berbondong-bondongnya penduduk masuknya masuk Islam itu karena halus budinya Rasulullah saw. Tidak ada adu pedang dalam penaklukan kota Mekkah yang sangat bersejarah tersebut. Itu adalah penaklukan dengan kebesaran jiwa dan akhlak Rasulullah saw.” (hal. 133)
3. Deskripsi yang Detail
Kang Abik selalu menampilkan penggambaran latar yang sempurna dalam novel-novelnya. Dan juga pada novel ayat-ayat cinta 2 ini. Penggambaran detail latar dan setting cerita baik di Edinburgh ataupun ketika di London sangat apik. Sehingga pembaca seperti dibawa ke tempat dimana cerita sedang berlangsung.
“Mobil itu memasuki Princes St. Dan bergerak ke barat. Setelah melewati Prince Mall Shopping Centre belok ke kiri memasuki Waverly Brigde yang melintasi stasiun Waverley. Mobil itu terus meluncur menuyusuri Cockburn St., melintasi The Royal Mile, lalu menyusuri A7 menuju selatan.” (hal.3)