Mohon tunggu...
Abdurrahman Al Farid
Abdurrahman Al Farid Mohon Tunggu... -

Study in Turkey, Pecinta Bulu Tangkis Indonesia, Photografer, Traveller, Penulis lepas. http://catatanalfarid.blogspot.com./

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Resensi Novel Ayat-ayat Cinta 2, tentang Cinta dan Perjuangan Membumikan Islam

18 Maret 2016   04:33 Diperbarui: 1 April 2017   08:42 5788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahkan Kang Abik pun juga benar-benar serius ketika mendeskripsikan penampilan Fahri saat akan mengahdiri debat di Oxforn debating Union.

“Sore itu ia memakai suit atau jas, lengkap dengan waistcost atau rompi, kemeja double cuff, kemudian cufflink dan dasi. Untuk celana, ia memakai celana bahan woolblend. Dan sepatu yang ia pilih adalah jenis sepatu broque.” (hal. 560)

 

4.    Cerita Tokoh Yang Hidup

Di setiap novelnya, Kang Abik selalu membuat tokoh-tokohnya hidup dan ada dalam kehidupan pembaca. Seperti di novel pertamanya, Fahri selalu diceritakan detail dan lengkap, walaupun di Ayat-Ayat Cinta 1 menggunakan sudut pandang aku (Fahri) dan di novel ini menggunakan sudut pandang orang ketiga. Sebagai tokoh utama, Fahri memang ditampilkan sempurna oleh Kang Abik. Aduhai, adakah sosok seperti Fahri di muka bumi ini? Bahkan terkadang saya berpikir, bahwa Fahri itu tak lain adalah Kang Abik sendiri.

Dan di novel ini saya menemukan sejenis tokoh pembantu namun keberadaannya dalam cerita sangat mempengaruhi isi cerita. Seperti Paman Hulusi yang memainkan tokoh sebagai asisten rumah tangga Fahri, selalu berbeda sikap dengan Fahri namun dengannya Fahri menjelaskan maksud dari tindakan-tindakannya. Kemudian Syaikh Usman yang masih mendampingi dan menguatkan Fahri sebagai gurunya dari Mesir. Sabina, yang diceritakan sebagai tuna wisma dan akhirnya bisa tinggal di rumah Fahri. Lalu Hulya, sepupu Aisha dan akhirnya menikah dengan Fahri dan memiliki anak bernama Umar Al Faruq. Kemudian nenek Catarina, seorang yahudi yang sering dibantu Fahri hingga meninggal. Ada juga Jason yang dibiayai sekolah bola oleh Fahri dan akhirnya menjadi pemain sepak bola yang sukses dan masuk Islam. Ada pula Keira yang dibiayai Fahri di sekolah biola hingga menjadi juara dunia. Yang tak kalah penting adalah tokoh antagonis dari novel ini yang tak lain adalah Baruch. Seorang Yahudi yang selalu berselisih dengan Fahri. Dan dari keseluruhan cerita, tokoh favorit saya bukanlah Fahri, melainkan Sabina. Yang ditampilkan begitu sederhana, sabar, taat pada agama, dan akhirnya menemukan takdir cintanya.

 

5.    Banyak Unsur Sejarah

Yang juga tak lepas dari kelebihan novel ini adalah banyaknya unsur sejarah yang dibahas Kang Abik. Bahkan detail-detail kejadian sejarahnya begitu rapi diceritakan. Misalkan ; sejarah kelompok Yahudi ekstrem (hal. 107-110), sejarah teh twinings (hal. 160), sejarah london gazete (hal. 161), sejarah Stirling Castle (hal. 359), sejarah puasa Yahudi Tisha B’av (hal. 418), sejarah School of Divinity di University of Edinburgh (hal. 420), dan sejarah PKI (hal. 578). Saya kira unsur sejarah dalam novel ini bukan hanya pelengkap, namun merupakan unsur yang penting dan membuat novel ini menjadi sempurna.

 

6.    Dakwah Kontemporer

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun