Jacques Derrida, seorang filsuf dan pemikir Prancis kontemporer, dikenal sebagai pendiri aliran pemikiran dekonstruksi yang telah merubah pandangan terhadap bahasa, teks, dan pengetahuan. Dalam pemikirannya yang kompleks, Derrida membawa perubahan mendalam dalam cara kita memahami realitas linguistik dan konsep fundamental dalam filsafat. Berikut adalah ikhtisar beberapa aspek utama dari pemikiran Derrida:
1. Deconstructing Binary Oppositions:
  Pemikiran dekonstruksi Derrida berfokus pada penguraian oposisi biner dalam bahasa dan teks. Ia meragukan stabilitas makna dan mencoba untuk membongkar hierarki yang terkandung dalam konsep-konsep seperti baik/buruk, hadir/absen, dan pusat/periferi.
2. Difrance:
  Derrida memperkenalkan konsep "difrance," yang menggabungkan perbedaan (difference) dengan penundaan atau penangguhan (deferral). Ide ini menyoroti ketidakpastian makna dan ketergantungan antara makna-makna yang berbeda.
3. Absennya Pusat:
  Salah satu aspek paling mencolok dalam pemikiran Derrida adalah "absennya pusat." Ia menolak ide adanya titik sentral atau fondasi yang stabil dalam teks atau pemikiran. Sebaliknya, Derrida menunjukkan bahwa arti selalu terbuka dan berkembang dalam interpretasi yang beragam.
4. Logos and Phenomena:
  Derrida meragukan pemahaman tradisional tentang logos, yang sering dianggap sebagai akar pemikiran atau makna. Ia mendekonstruksi hubungan antara logos dan fenomena, menyoroti ketergantungan saling-menyaling dan konstruksi makna yang kompleks.
5. Teori Keterbacaan:
  Derrida menyajikan teori keterbacaan (reader-oriented) yang menolak ide bahwa teks memiliki makna yang tetap atau otoritatif. Ia mengajukan bahwa teks selalu dapat diinterpretasikan dengan berbagai cara oleh pembaca yang berbeda.
6. Pengaruh Terhadap Humaniora:
  Pemikiran Derrida memengaruhi berbagai disiplin ilmu humaniora, termasuk sastra, filsafat, dan teori budaya. Pendekatannya terhadap dekonstruksi telah membuka pintu bagi analisis kritis terhadap struktur linguistik dan sosial.
7. Kritik terhadap Logocentrism:
  Derrida mengkritik logocentrisme, yakni kecenderungan untuk menempatkan kata tertulis atau ucapan sebagai pusat keabsolutan. Ia menunjukkan bagaimana logocentrisme menciptakan hierarki dan dominasi dalam pemikiran.
Pemikiran Jacques Derrida tidak hanya menantang tradisi filsafat, tetapi juga membuka ruang bagi pemahaman baru tentang konsep-konsep yang mendasarinya. Melalui dekonstruksi dan penekanan pada ketidakpastian, Derrida telah memberikan kontribusi signifikan terhadap cara kita memandang bahasa, teks, dan realitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H