Dengan kata lain, ketika kamu membaca cerpen, fabel, novel, atau jenis cerita yang lain, secara langsung kamu tidak sadar bahwa kamu memandang dunia cerita melewati apa yang dipandang oleh penulis dan di mana posisi penulis. Nah posisi penulis ini adalah yang dimaksud dengan sudut pandang.Â
Sudut pandang ini, menurut ensiklopedia saya, hanya ada tiga, yaitu sudut pandang orang pertama, orang kedua, dan orang ketiga. Berikut penjelasan singkatnya.
1. Sudut Pandang Orang Pertama
Hal yang pertama ingin saya sampaikan adalah kita harus menyepakati bahwa orang pertama adalah orang yang menjadi tokoh utama. Alasannya adalah ketika seorang penulis menggunakan sudut pandang orang pertama, dia akan menjelaskan alur/plot cerita lewat orang yang terlibat dalam semua kejadian dan konflik dalam cerita.Â
Nilai tambah utama sebuah cerita adalah konflik yang bagus dan menarik. Tidaklah mungkin seorang penulis yang menggunakan sudut pandang orang pertama dan menjadi pelaku yang merasakan senang dan getirnya sebuah cerita melewatkan konflik yang mengantarkan ceritanya menuju klimaks. Jika ada, maka ada dua kemungkinan yang terjadi yaitu antara penulis tersebut ingin menonjolkan nilai lain atau penulis tersebut benar-beanr melupkan tugasnya.
Baca juga : Macam-macam POV dan Masing-masing Kelebihannya
Jadi intinya sudut pandang orang pertama ialah sudut pandang yang digunakan penulis untuk menceritakan plot sebagai tokoh utama. Meskipun perannya sebagai pembantu pahlawan keadilan dengan kekuatan super, maka bukan tidak mungkin kita menyebut pembantu pahlawan super itu tokoh utama yang menyaksikan seluruh aksi pahlawan dan merasakan kegetiran perjuangan bersamanya.
Ciri penggunaan sudut pandang orang pertama adalah banyak penggunaan kata ganti aku dalam narasi dan deskripsi cerita.
2. Sudut Pandang Orang Kedua
Sudut pandang orang kedua berarti penulis menggunakan orang yang berinteraksi dengan tokoh utama sebagai posisinya untuk menyampaikan cerita kepada pembaca. Jika diibaratkan sebuah proses komunikasi, maka demikianlah penjelasannya. Orang pertama adalah komunikator dan orang kedua adalah komunikan (yang menangkap pesan dari lawan bicara).
Oke. Untuk sudut pandang orang kedua ini masih cukup menjadi perdebatan ketika saya masih duduk di kursi SMP kelas 3. Guru bahasa Indonesia saya mengatakan bahwa tidak ada sudut pandang orang kedua, sedangkan kepala sekolah yang pernah menjadi guru bahasa Indonesia mengatakan kalau sudut pandang orang kedua itu ada.
Selang beberapa tahun saya lulus dari SMP dan mulai sedikit menyentuh dunia sastra, saya menemukan sebuah novel yang menggunakan sudut pandang orang kedua. Buku tersebut cukup diminati oleh pembaca karena ada rasa unik dari membaca menggunakan sudut pandang orang kedua yang jarang dipakai oleh penulis novel.
Setelah itu saya percaya bahwa sudut pandang orang kedua itu memang ada. Hanya saja terdapat masalah yang bisa membatasi penulis, yaitu sedikit dialog dari sudut pandangnya karena perannya sebagai komunikan. Inilah alasan yang mendasari beberapa ahli bahasa menolak adanya sudut pandang orang kedua karena adanya keterbatasan bagi penulis untuk mengeksplorasi konflik.