Mohon tunggu...
Alfarabi ShidqiAhmadi
Alfarabi ShidqiAhmadi Mohon Tunggu... Guru - ibnu hamid

Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Fakultas Ilmu Tarbiyah & Keguruan angkatan 2016

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kesejahteraan Guru, Problematika yang Belum Terselesaikan

25 November 2018   23:02 Diperbarui: 26 November 2018   00:12 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pak Muhadjir Efendy berkata, "sebelum bicara tentang pendidikan yang berkualitas, sejahterakan dulu guru. Beri dia status yang membuat mereka bangga, sehingga memiliki self-dignity."

Semoga pak menteri berhasil merealisasikan statementnya tersebut. Jangan sampai kaula muda kita akan lebih bangga menjadi buruh pabrik dan merasa sengsara ketika menjadi guru. Jangan sampai juga murid seorang guru jauh lebih sejahtera disbanding seorang guru.

Semua pasti meyakini bahwasanya kemajuan sebuah Negara akan bergantung pada kualitas pendidikannnya. Pemerintahan kita sebenarnya telah mengakui hal itu. Terbukti dengan ditetapkannya alokasi APBN terbesar adalah untuk pendidikan. 

Berdasarkan data dari Kementrian Keuangan perihal informasi APBN 2018 Republik Indonesia nilai alokasi APBN untuk pendidikan yaitu sebesar 444.131 triliun rupiah. Nilai tersebut meningkat sebesar 24.3 triliun rupiah dibanding tahun 2017. Fantastisnya lagi, dari total nilai tersebut, alokasi terbesar adalah untuk transfer ke daerah, yaitu sebesar 279,5 triliun rupiah.

Mari sama-sama kita kawal pengalokasian dan pemanfaatan pendanaan yang tidak sedikit tersebut. Semoga banyaknya pengeluaran tersebut sejalan dengan semakin terjamin dan meratanya kualitas pendidikan di negeri kita ini.

Sebagai penutup, kami ingatkan kembali bahwa terselenggaranya pendidikan yang bermutu telah diamanatkan oleh pembukaan UUD 1945. Dan yang lebih penting lagi, bunyi amantanya adalah "mencerdaskan kehidupan bangsa" tidak mungkin 1-2 orang saja cukup untuk mencerdaskan kehidupan ratusan juta penduduk Indonesia ini. 

Kita butuh penyalur, nah disitulah guru harus benar-benar diperankan. Pemerintah tetap tidak boleh pasrah sepenunhnya pada 'penyalur', tetap harus ada control dan monitoring yang tepat serta merata. 

Mungkin bagi kebanyakan murid seringkali diperintah untuk menghormati dan memulyakan gurunya. Hemat kami, tugas untuk 'memulyakan' guru tak terbatas untuk murid saja, tapi pemerintah sebagai penanggung jawab penyelenggaraan pendidikan juga punya tugas dan kewajiban untuk memulyakan profesi guru. Wallahua'lam

Alfaqir

Alfarabi Shidqi Ahmadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun