Kelebihannya, seisi kelas udah sepakat dengan bulat buat mengangkat pengurus kelas.
    Kekurangannya, biasanya butuh waktu lebih mulai dari pemungutan suara sampai dengan penghitungan suara. Ditambah lagi kalo ada kampanyenya, bisa-bisa nyedot uang kas juga. Kecuali kalo kalian pake teknologi terbaru sih, voting online.
  3. Diundi
    Cara ini mirip kayak arisannya ibu-ibu PKK.
    Cara I: Pas milih ketua kelas, ambil salah satu kertas undian, yang namanya tertulis di kertas, dialah pemenangnya, eh maksudnya yang jadi ketua kelasnya. Dan seterusnya.
    Cara II: Cara ini kebalikannya dari cara pertama. Kalo tadi yang ditulis di kertas adalah nama-nama tiap anak, di cara ini yang ditulis di kertas adalah tulisan jabatan. Jadi, tiap anak mengambil kertas yang udah disiapkan. Yang mendapatkan tulisan 'Ketua Kelas', maka dia jadi ketua kelasnya. Yang mendapatkan tulisan 'Sekretaris', maka dia jadi sekretarisnya. Dan seterusnya. Nah, yang mendapat kertas kosong, ZONK!! Coba lagi di periode selanjutnya, ya...
    Kelebihannya hanya buat kelas yang males milih pengurus kelas. Soalnya kalo nggak diadakan pengundian, nggak akan ada yang mau jadi pengurus kelas.
    Kekurangannya, rempong bikin kertas undiannya. Selain itu, biasanya jabatan dipegang oleh orang yang kadang nggak sesuai dengan kemampuannya.
  4. Ditunjuk
    Cara yang paling praktis dan cepat. Terutama buat kelas yang penghuninya males disuruh ini-itu di kelas. Tapi tetep aja cara ini juga banyak kekurangannya. Kalo ditunjuk oleh sesama teman, kesannya jadi asal-asalan banget karena pasti semua orang yang ditunjuk ogah jadi pengurus kelasnya
    Jadi biar semuanya adil dan nggak ada yang merasa terbebani, pengurus kelas ditunjuk sama wali kelasnya aja deh.